Lihat Pidato Trump, Politik Dunia Tampaknya Bakal Berubah

Lihat Pidato Trump, Politik Dunia Tampaknya Bakal Berubah

JAKARTA - Pemerintahan Donald Trump di Amerika Serikat (AS) resmi dimulai dengan pidato inaugurasi Jumat (20/1) lalu. Pidato tersebut kembali menegaskan visi kepemimpinan sang biliuner untuk mengarahkan kebijakan lebih ke arah dalam negeri. Politik dunia tampaknya bakal berubah jika AS menarik aktivitas diplomasi dan pemerintah Indonesia harus punya solusi untuk tak terkena dampak negatif dari perubahan tersebut. Pengamat Hubungan Internasional (HI) Hikmahanto Juwana menilai, pidato yang diberikan Trump jelas menandakan arah pemerintah untuk menarik agresivitas di kawasan global untuk memberikan kenyamanan terhadap Indonesia. Salah satu yang paling ditekankan adalah upaya untuk meningkatkan lapangan kerja bagi pengangguran sebanyak 7,5 juta jiwa dengan slogan buy Americans and hire Americans. Trump bahkan tak segan menarik bantuan-bantuan militer, baik berupa dana maupun personel dari negara sahabat jika dinilai itu tak memberikan profit terhadap kesejahteraan masyarakat AS. \"Mulai dari perdagangan, pajak, keimigrasian dan luar negeri dinyatakan akan memperhatikan keuntungan bagi pekerja AS dan keluarganya. Dari pernyataan ini, sepertinya arah AS akan lebih inward looking (melihat ke dalam negeri, red),\" jelasnya di Jakarta, Sabtu (21/1). Trump menandakan tak mau lagi berperan sebagai penjaga keamanan yang dinilai secara pribadi membuat negara lain menjadi lebih sejahtera dan aman. Meskipun, dia tetap menegaskan akan mencoba memusnahkan jaringan teroris Islam yang menjadi salah satu janji kampanyenya. \"Meski tidak menyebut negara, ini tentu akan ketidaksukaan dunia Islam baik pejabat dan rakyatnya terhadap AS,\" jelasnya. Lalu, bagaimana hal ini akan mengubah arah politik global? Hikmahanto mengaku bahwa ucapan Trump yang mengatakan akan membangun aliansi baru tentu perlu diperhatikan. Mengingat Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin cukup dekat dan beberapa kali bertukar pujian dan sinyal bakal bekerja sama. Padahal, selama ini Rusia menjadi kubu seberang dari Amerika Serikat dan sekutu. \"Pertanyaannya, apakah AS bakal bermitra secara erat dengan Rusia?\" ungkapnya. Anggota Dewan Pengawas Ikatan Alumni Program Habibie (IABIE) Oni Bintoro juga memprediksi, keseimbangan politik luar negeri bakal berubah. Dengan kemungkinan AS mundur dari kekuatan politik global paling kuat yang aktif, Tiongkok punya potensi untuk mengambil posisi tersebut. Namun, Tiongkok pun tak punya niat untuk mengambil posisi tersebut karena tanggung jawabnya. Karena itu, dalam masa pemerintahan Trump mendatang, bisa jadi tidak ada negara yang secara agresif menerapkan kekuasaannya. Apalagi, Trump punya motivasi ekonomi yang sangat tinggi dalam kepemimpinannya. Tentunya, kebijakan mereka bakal dikaitkan dengan untung rugi finansial negara. \"Indonesia ini harus berhati-hati karena Trump sudah berancang-ancang naikkan suku bunga untuk mengundang investasi. Juga, memberlakukan tarif untuk impor yang nanti bisa mengurangi kinerja ekspor Indonesia,\" jelasnya. Di sisi lain, pemerintah AS tak akan justru bisa longgar terkait kerja sama pertahanan dan keamanan. Karena pertimbangan utama tentunya keuntungan finansial. \"Mungkin mereka tidak lagi sensitif terkait isu HAM. Sehingga saya kira kerja sama politik dan hankam justru lebih meningkat,\" jelasnya. (bil/dee)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: