Warisan Louis van Gaal; Bukan Pelatih, Tetapi Layaknya Guru

Warisan Louis van Gaal; Bukan Pelatih, Tetapi Layaknya Guru

Louis van Gaal. Satu nama yang bisa membuat Josep Guardiola dan Jose Mourinho beruntung pernah berada di sampingnya. Sebab, sekarang keduanya jadi dua super manager papan atas. Bukan hanya di Premier League, juga di Eropa. **** \'\'PRIA ini. Dia akan jadi salah satu pelatih terhebat sepanjang masa. Dia akan membawa sepak bola ke arah yang modern,\'\' begitu kata Sir Bobby Robson memperkenalkan Louis van Gaal kepada istrinya di dalam sebuah jamuan makan malam. Itu terjadi sesaat setelah Robson lengser sebagai pelatih El Barca, sebutan Barcelona, pada musim panas 1997. Atas rekomendasi Robson pulalah Van Gaal menaikkan pangkat Jose Mourinho. Dari semula di posisi penerjemah, jadi asisten pelatih ketiga. Di deretan gelandangnya, dia punya Josep Guardiola dan Luis Enrique. Semusim setelahnya, 1998-1999, Phillip Cocu bergabung dengan Guardiola dan Enrique. Lalu, Ronald Koeman datang sebagai asisten pelatih, diikuti Frank de Boer semusim kemudian. Dan kini, semua nama-nama di atas sukses berkarir sebagai pelatih. Jonathan Wilson dalam satu tulisannya di The Guardian menjelaskan cara yang ditempuh Van Gaal untuk mengasah pemain-pemain calon pelatih top itu. Seperti yang dia lakukan untuk Guardiola. Di musim pertama Van Gaal, Guardiola banyak absen karena cedera. Bahkan media Catalan mengira dia akan terbuang. Tapi siapa sangka, Van Gaal menjadikan Guardiola sebagai sosok penting dalam klubnya. \'\'Saya  tunjuk dia sebagai kapten,\'\' ucap Van Gaal kepada Guillem Balague dalam biografi Guardiola, “Another Way of Winning”. Bukan dari sisi taktikal kekaguman Van Gaal pada Guardiola yang ketika itu berusia 27 tahun. Van Gaal mampu mencium potensi Guardiola untuk jadi seorang filsuf seperti saat ini. \'\'Bukan hanya taktikal. Dia juga bisa bicara layaknya seorang pelatih. Tidak semua pemain bisa melakukannya. Apalagi, dengan bermain di posisi 4, di gelandang tengah. Karena dari situlah dia dapat melihat jalannya laga secara keseluruhan,\'\' tutur Van Gaal. Satu dari beberapa aspek penting dalam Van Gaal mirip dengan Guardiola. Terutama saat Guardiola menancapkan karir melatihnya di Barcelona. Bermain menyerang, lalu dipadu dengan pergerakan dan positioning ketika tim sedang menyerang atau menguasai bola. Tak jauh berbeda dengan Juego de Posicion ala Guardiola. Begitu pun soal variasi formasi. Entah Van Gaal, atau Guardiola bukan sosok fanatik dengan satu skema. Mulai dari 4-3-3, 4-4-2, 3-4-3, 3-1-2-3, 4-2-3-1, atau 4-1-3-2 pernah dicobanya. Kata Van Gaal, sepak bola bukan cuma formasi. Akan tetapi bagaimana pemainnya mampu menjalankan setiap formasi yang diinginkannya. Itulah kenapa Van Gaal menyukai pemain yang bisa bermain di segala posisi. Tak beda jauh dengan Guardiola. Formasinya fleksibel. Kayanya formasi itu terus dipertahankan Guardiola setelah meninggalkan Barcelona pada musim panas 2012 dengan 14 trofi di segala ajang. Begitu juga dengan saat dia datang di Bayern Muenchen. FourFourTwo menyebut, Guardiola bisa menggunakan sembilan variasi formasi di dalam tiga musim eranya. Toh, Bayern tetap tidak kehilangan dominasi. Baik di Bundesliga, ataupun di Eropa.  (ren)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: