Usut Dulu Penyimpangannya
Penolakan Belum Reda, Renovasi Pasar Pasalaran Terancam Batal WERU- Renovasi Pasar Pasalaran sekaligus relokasi para pedagang ke pasar darurat belum membuahkan hasil apa-apa. Rencana renovasi yang sedianya dimulai tanggal 1 September, kini makin tak jelas. Pasar darurat yang dibangun dengan dana ratusan juta rupiah, justru tidak ditempati oleh para pedagang. Mereka memilih bertahan di Pasar Pasalaran. Sesepuh Desa Weru Lor yang juga Ketua Paguyuban Weru-Plered, Ade Rifqi Sodik, hampir 100 persen pedagang menolak renovasi dan relokasi. Yang saat ini perlu dilakukan, kata Ade Rifqi Sodik, adalah mendesak pihak kejaksan dan BPK untuk segera memeriksa oknum-oknum desa dan pengurus IP3W yang diduga melakukan pungutan kepada para pedagang. “Kalau tetap memaksa renovasi dan relokasi, itu sangat kelewat batas. Ingat bahwa Cirebon situasinya sudah kindusif, sebaiknya aparat dan pemda mengusut oknum yang bermain, yang menghendaki agar pasar direnovasi. Usut dulu RT dan RW, juwu, camat, dan katanya IP3W juga terlibat. Mereka memungut uang antara Rp100 hingga Rp300 ribu yang katanya untuk mengurus Pasar-Pasalaran. Katanya biar diberi lapak dan tempat di pasar darurat. Padahal awalnya pemda sendiri ngomongya gratis, tidak dipungut sepeser pun. Ini ada apa, usut saja dulu itu,” bebernya. “Kami semua minta tolong, tolong diusut oknum-oknum ini. Minta ada yang turun dan buat surat panggilan, karena hampir 80 persen para pedagng sudah membayar pungutan itu. Dan kita juga minta agar buapti turun langsung, biar tahu apa yang menjadi keluhan pedagang dan keinginan masyarakat,” sambungnya. Dia menambahkan, pada malam Senin dan Selasa lalu ada beberapa pihak yang membawa 2 mobil berisikan preman-premam ke pasar. Tujuannya memaksa para pedagang untuk pindah. “Asal tahu saja ya Mbak, ada yang nyewa preman dua mobil. Kalau tidak saya larang hampir saja terjadi pertumpahan darah,” paparnya kepada Radar melalui sambungan telepon, Jumat malam (28/9). Ia juga mengaku sangat menjunjung tinggi komunikasi yang saat ini sedang dibangun antara pemerintah dan pedagang pasar. Ade Rifqi Sodik juga bersedia untuk menjembatani komunikasi ini. “Syaratnya ada komunikasi dan koordinasi mengenai masa rehab, kontraktornya siapa, berapa biayanya dan siapa yang memberikan anggaran tersebut. Kalau ini bener-bener murni untuk kebaikan pedagang, yang katanya mau memberikan suatu yg lebih baik, dan untuk kebaikan bersama, pasti kita bantu,” katanya. Secara terpisah, pengamat sosial dan politik Afif Rivai meminta Pemkab Cirebon memikirkan kembali formula yg tepat terkait Pasar Pasalaran. Kontrak pedagang yang masih panjang hingga 2018, kata Afif, perlu menjadi pertimbangan. Dia juga mengkritik cara komunikasi antara dinas dengan para pedagang yang dianggapnya belum berjalan efektif. “Saya lihat ada kesan pemkab buru-buru dan tidak ada pertimbangan yang matang,\" tuturnya. Afif menambahkan, masih banyak pasar di Kabupaten Cirebon yang perlu direnovasi, bisa menjadi alternatif pengalihan anggaran jika memang Pasar Pasalaran batal direnovasi. “Intinya jangan dipaksakan kalau tidak mampu mensinergikan komunikasi dengan pedagang dan instansi lain, karena akan berdampak luas secara social,” tegas Afif. (via)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: