Pemerintah Rekrut Ribuan Guru

Pemerintah Rekrut Ribuan Guru

JAKARTA - Era baru pendidikan profesi guru (PPG) resmi dimulai. Untuk tahap pertama, pemerintah membuka pendaftaran PPG bersubsidi. Total kuotanya mencapai 7.000 kursi untuk seluruh Indonesia. Perinciannya 3.500 kursi untuk guru produktif SMK. Sisanya untuk guru matematika SMP, bahasa Inggris SMP, Penjaskes, Pendidikan Luar Biasa (PLB), Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), dan pendidikan guru sekolah dasar (PGSD). PPG yang mulai bergulir tahun ini menerapkan sistem baru. Di antaranya adalah pendaftarannya terpusat langsung ke Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti). Sementara PPG yang berjalan selama ini, mendaftarnya langsung ke kampus penyelenggara. Pendaftarannya secara online melalui laman ppg.ristekdikti.go.id. Pendaftarannya saat ini sudah dibuka dan ditutup 18 Mei nanti. Durasi studi PPG itu selama satu tahun atau dua semester. Besaran subsidi yang disiapkan pemerintah maksimal Rp7,5 juta/semester/orang. Dirjen Kelembagaan Iptek-Dikti Kemenristekdikti Patdono Suwignjo mengatakan, besaran subsidi itu belum menutup total kebutuhan selama PPG. Sehingga nantinya peserta PPG tetap dipungut biaya untuk biaya hidup, akomodasi, dan konsumsi selama pendidikan. Patdono mengatakan, sampai berjalannya proses pendaftaran, Kemenristekdikti juga membuka pendaftaran bagi kampus pelaksana PPG. Nantinya Kemenristekdikti menyortir kampus-kampus yang layak menjalankan PPG. Saat ini, jumlah kampus yang menjalankan program pendidikan guru mencapai 420 unit lebih. ’’Tidak semuanya nanti boleh menjalankan PPG,’’ katanya di Jakarta kemarin (13/5). Dia mengatakan syarat utamanya adalah harus memiliki akreditasi institusi atau lembaga A atau B. Selain itu, akreditasi program studi (prodi) A. Syarat lainnya jumlah dosen serta sarana dan prasarana pendidikan. Nantinya Kemenristekdikti akan menetapkan pelamar yang lulus bakal mengikuti PPG di kampus mana. Cara ini dilakukan supaya peserta PPG tidak menumpuk di satu kampus tertentu saja. Dosen ITS Surabaya itu mengatakan, peserta PPG nantinya akan dikirim ke daerah terpencil untuk mengajar selama tiga bulan. Program ini hampir sama dengan program sarjana mengajar di daerah 3T (SM3T) yang sudah berjalan beberapa tahun terakhir. Pengamat pendidikan UIN Syarif Hidayatullah Jejen Musfah menyambut baik sistem baru PPG itu. Dia berharap dengan sistem baru itu, bisa menghasilkan guru-guru profesional yang baik. Namun dia memberikan catatan terkait kurikulum PPG. Khususnya terkait dibukanya akses PPG untuk sarjana non keguruan. Dia mengatakan, jika kurikulum tidak dikemas sedemikian rupa, isinya nanti akan membosankan bagi peserta dari sarjana keguruan. ’’Rasanya mengikuti pendidikan yang mengulang tentu agak bagaimana gitu. Tidak ada yang baru,’’ jelasnya. Sementara jika kurikulum PPG ditetapkan terlalu tinggi, dikhawatirkan peserta dari sarjana non keguruan akan kedodoran mengikutinya. (wan)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: