Bom Kampung Melayu Mirip Manchester, Ini Buktinya

Bom Kampung Melayu Mirip Manchester, Ini Buktinya

JAKARTA - TATP (triacetone triperoxide). Material itulah yang menurut Wakapolri Komjen Syafruddin digunakan sebagai bahan peledak dalam serangan bom di Kampung Melayu, Jakarta Timur, Rabu malam (24/5). Mengerikan. Sebab, bahan itulah yang belakangan banyak digunakan teroris untuk melakukan serangan. Salman Abedi, pelaku bom bunuh diri di pengujung konser Ariana Grande di Manchester pada Senin malam lalu (22/5), juga menggunakan TATP. Serangan itu mengakibatkan 22 orang meninggal dan puluhan lainnya terluka parah. Sebelumnya, pada tanggal 22 Maret 2016 di Brussel, Belgia, serangan teroris juga menggunakan TATP. Tiga serangan serentak di bandara dan stasiun kereta itu mengakibatkan 35 orang tewas. Tiga orang di antaranya pelaku. Aksi biadab pada 13 November 2015 di Paris juga menggunakan TATP. Lebih masif jika dibandingkan dengan di Brussel, serangan di Paris terjadi di enam lokasi secara serentak. Menyebabkan 137 korban meninggal dunia. Ibu kota Inggris, London, juga pernah mengalami serangan bom TATP pada 7 Juli 2005. Serangan dilakukan empat teroris. Sasarannya adalah transportasi publik ketika jam sibuk. Korban meninggal gara-gara peristiwa itu mencapai 56 orang. “Ini memang bahan yang sangat membahayakan, punya daya ledak tinggi,” ucap Syafruddin. ”Daya ledaknya mencapai 5.100 meter per detik,” lanjutnya. Dengan Ahmad Sukir dan Irwan Nurul Salam, dua pelaku bom bunuh diri di Kampung Melayu, bisa melakukan serangan yang begitu mematikan, tampak bahwa jaringan teroris di Indonesia sudah pintar membuat bom dengan bahan TATP. Kondisi itu sangat membahayakan karena pembuatan bom tersebut relatif mudah. Bahan-bahannya pun bisa didapatkan di toko-toko sekitar rumah kita. Antaran lain pemutih dan air beroksigen. TATP itu bisa dibentuk menjadi bom panci, bom sepatu, bom sabuk, maupun bom rompi. Mengerikan lagi, scanner sebagian besar bandara di dunia tidak bisa mendeteksi bahan itu! Kasus percobaan bom bunuh diri Umar Farouk Abdulmutallab pada 25 Desember 2005 adalah bukti betapa TATP sulit dideteksi. Ketika itu dia naik pesawat Northwest Airlines dalam penerbangan dari Amsterdam menuju Detroit. Di balik celana dalamnya, ada paket peledak sebesar 15 cm yang terdiri atas campuran TATP dan PETN. Serangan menjelang pesawat landing itu gagal karena bom tidak meledak. Hanya pahanya yang terbakar. Pada 2001, Richard Reid asal Inggris juga melakukan percobaan bom bunuh diri dalam penerbangan dari Paris menuju Miami. Bom TATP dia pasang di sepatu sneakers-nya. Namun, detonator tidak meledak dengan sempurna sehingga percobaan itu gagal. Pesawat American Airlines yang ditumpangi Reid akhirnya mendarat darurat di Boston. Ahli bom Prancis sebagaimana dilansir AFP menyatakan bahwa TATP sulit dideteksi. Saking membahayakannya bahan itu, dia menyebutnya sebagai The Mother of Satan alias Ibunda Setan. Meski bahannya sangat mudah didapat, ahli itu menyatakan bahwa cukup sulit meracik bahan-bahan itu menjadi TATP. Butuh diajari langsung oleh seorang yang sudah pintar membuatnya. Setidaknya sekali. TATP juga sulit dikendalikan. Artinya, bom bisa meledak sewaktu-waktu jika si pembawa tidak punya kemampuan yang bagus untuk membawanya. Untuk mengendalikan bom itu, si pelaku harus diajari langsung oleh ahlinya. Karena itu, serangan-serangan bom TATP yang sukses bisa dipastikan terkait dengan jaringan teroris. (c11/ang/JPG)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: