Makam Berisi Jubah dan Topi Kebesaran Cheng Ho

Makam Berisi Jubah dan Topi Kebesaran Cheng Ho

LAKSAMANA Cheng Ho diyakini meninggal di tengah laut saat ekspedisi terakhir pada 1435. Jasadnya dilarung ke laut. Tapi, makamnya bisa dijumpai di Nanjing. Bangunan sederhana yang disebut sebagai makam Cheng Ho itu berada di kompleks wisata Niushoushan atau Bukit Kepala Sapi. Di pinggiran Kota Nanjing. Letaknya bersebelahan dengan mansion tempat dia tinggal sebelum melakukan ekspedisi terakhir enam abad lalu. Luas bangunan mansion sekitar 400 meter persegi. Tiap sudut ditumbuhi pepohonan yang tertata rapi. Di tengah halaman dalam terdapat patung Cheng Ho setengah badan. Tingginya 2 meter, lebar setengah meter. Di sisi belakang dan kanan patung terpajang memorabilia laksamana besar tersebut. Tempat yang disebut sebagai makam Cheng Ho tersebut sebenarnya bukan makam sungguhan. Tidak ada jasad pria perkasa itu di dalamnya. Yang dimakamkan di sana hanyalah topi dan jubah kuning-merahnya yang legendaris. “Tapi, di Tiongkok makam tidak harus ada jasadnya. Yang penting ada benda yang paling sering dipakai atau benda kesayangannya,” kata Chandra Kurniawan, mahasiswa Institut Kereta Api Nanjing asal Indonesia yang menemani kami. Jasad Cheng Ho sendiri dilarung ke laut setelah meninggal dalam pelayaran di perairan India. Pelarungan itu merupakan permintaan Cheng Ho sendiri. Dia merasa bahwa tempat peristirahatan terakhir yang paling pantas baginya adalah lautan. Sebenarnya ada versi lain soal kematian Cheng Ho. Yakni, dia sempat pulang dari pelayaran ketujuhnya pada 1435 ke Nanjing. Setelah dianugerahi gelar penjaga Nanjing, dia sakit dan meninggal tak lama kemudian. Namun, mayoritas peneliti sejarah yakin Cheng Ho meninggal di laut. Bukan di Nanjing. Untuk memastikannya, pemerintah Tiongkok pernah membongkar makam itu dan tak menemukan apa pun sisa jasad Cheng Ho. Pada tahun 1985, tepatnya ketika haul ke-580 Cheng Ho, makam yang semula berbentuk tapal kuda tersebut sempat dipugar. Bangunan makam lama dihancurkan, kemudian diganti dengan arsitektur Islam. Pada batu nisan tertulis lafaz Allah dalam huruf Arab. Untuk mencapai makam tersebut, dibangun undak-undakan dari batu yang terdiri atas 28 anak tangga. Ke-28 anak tangga itu dibagi empat bagian, dan tiap-tiap bagian terdiri atas tujuh unsur. Tujuh unsur tersebut merupakan lambang total perjalanan ekspedisi yang dilakukan Cheng Ho. Untuk ziarah ke makam Cheng Ho di Niushoushan, pengunjung mesti menyiapkan diri untuk perjalanan panjang. Dari Kota Nanjing, dibutuhkan waktu sekitar 1,5 jam perjalanan ke kawasan perbukitan tersebut. Pemerintah Kota Nanjing menjadikan bukit itu sebagai kawasan wisata terpadu. Sebab, selain mansion dan makam Cheng Ho, pemerintah menjadikan pemandangan dan suasana perbukitan tersebut sebagai daya tarik wisata. Seperti tempat wisata lain di Tiongkok, kompleks wisata Bukit Kepala Sapi itu tertata rapi. Dengan membayar tiket masuk CNY 98 (sekitar Rp196 ribu) dan shuttle bus CNY 20 (Rp40 ribu), pengunjung akan diantar ke satu situs ke situs lainnya.  “Tapi, boleh langsung menuju ke tempat yang diinginkan. Tak perlu urut,” ujar Katy Chang, petugas tiket wisata bukit tersebut. Saat Jawa Pos (Radar Cirebon Group) mengunjungi tempat itu, suasana agak ramai. Banyak yang datang untuk menghabiskan sore dan menikmati pemandangan.  “Semua tempat saya kunjungi. Termasuk makam ini. Lagi pula, dia juga dianggap orang besar,” kata Wang Dan, warga Nanjing yang juga mengunjungi makam Cheng Ho. (*/c10/nw)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: