Ekspedisi Cheng Ho, Bangun Depo Logistik di Jalur Paling Strategis

Ekspedisi Cheng Ho, Bangun Depo Logistik di Jalur Paling Strategis

Sejak berabad-abad lalu, Selat Malaka menjadi salah satu jalur pelayaran paling strategis di dunia. Tak heran jika armada Cheng Ho juga menjadikan Malaka sebagai depo logistik. Tempat menyimpan dan menambah perbekalan pasukan. --- TEMPAT yang dulu menjadi depo logistik itu kini berupa sebuah kawasan bernama Jonker Street. Sebuah sudut kota di Malaka yang menjadi destinasi wisata dengan menjual tema kota tua sebagai daya tarik. Sebagaimana kota tua di berbagai belahan dunia, kawasan tersebut juga hidup dari reruntuhan masa lalu. Tak berlebihan jika Unesco memberinya anugerah sebagai kota warisan budaya. Presiden Komunitas Cheng Ho Internasional Tan Ta Sen menyebutkan, sejarah Malaka dimulai pada 1400. \"Raja pertamanya bernama Parameswara,\" katanya. Parameswara sebenarnya adalah raja yang kabur setelah kerajaannya, Samboja, yang terletak di Palembang dikalahkan Majapahit. Setelah sempat di Tumasek (Singapura), Parameswara pindah ke daerah tak bertuan yang menjadi cikal bakal Malaysia. Menurut catatan Kaisar Zhu Di, daerah itu bernama Wu Yu dan ketika sudah menjadi kerajaan bernama Man-la-jia (Malaka/Malaysia). Sebagai pelarian, Parameswara merasa belum aman tinggal di Malaka. Apalagi, jumlah pasukannya belum seberapa. Gangguan dari kerajaan sekitar seperti Siam kerap terjadi. Dia juga masih diburu pasukan Majapahit. \"Tiap tahun Kerajaan Siam meminta upeti sebesar 40 tail emas,\" papar Tan Ta Sen. Karena itu, Parameswara mengambil jalan pintas. Sowan ke Kaisar Zhu Di di Tiongkok. Parameswara mengakui kekaisaran Tiongkok sekaligus meminta perlindungan keamanan. Zhu Di menerimanya dengan senang hati. Diberinya Parameswara beberapa hadiah dan surat pengakuan sebagai penguasa Malaka. Keberangkatan Parameswara menghadap Zhu Di itu diantar Cheng Ho. Begitu pula kepulangannya. Akhirnya Kerajaan Malaka didirikan pada awal abad ke-15. Sebagai balasan perlindungan keamanan itu, Malaka mengizinkan wilayahnya menjadi depo logistik pertama armada Cheng Ho yang sedang mengemban tugas muhibah keliling dunia. Malaka pun menjadi sangat penting bagi Cheng Ho. Berbagai macam keperluan dalam pelayaran bisa didapat dari sana. Bila di tengah perjalanan butuh tambahan logistik, armada Cheng Ho tidak perlu mengambil ke Tiongkok. Begitu pula barang-barang yang didapatkannya dari kerajaan yang dikunjungi. Sebelum dibawa pulang ke Tiongkok, banyak yang disimpan di Malaka karena Cheng Ho harus melanjutkan pelayaran terlebih dulu. Dalam alur pelayaran Cheng Ho, Malaka termasuk berada di tengah-tengah. Dari tujuh kali ekspedisi, jalur yang diambil hampir selalu meliputi Suzhou, Campa, Ayutthaya, Malaka, Jawa, Malaka lagi, baru kemudian melanjutkan pelayaran ke arah barat hingga Afrika. Perjalanan pulang juga kembali melewati Malaka. Karena itu, sangat tepat bila menggunakan Malaka sebagai depo logistik. Gambaran tentang depo logistik itu tervisuali­sasikan dengan baik di Museum Kultural Cheng Ho milik Tan Ta Sen di Malaka City. Kini semua bangunan di kawasan bekas depo Cheng Ho tersebut menjadi cagar budaya. Ada peraturan pemerintah Malaysia yang mengharuskan semua pemilik bangunan tidak memugar dengan sembarangan. Sekarang Jonker Street menjadi salah satu kawasan pecinan paling cantik di dunia. Hampir setiap bangunan mempunyai keunikan sendiri. Termasuk hotel pun seakan menjadi museum dalam skala kecil. Selain itu, toko-toko di Malaka City memadukan detail-detail bangunan kuno dengan arsitektur Tiongkok. Sejauh mata memandang, yang terlihat adalah deretan bangunan khas Tiongkok berpadu padan secara apik dengan simbol modernitas. Misalnya Hard Rock Cafe. Menurut Tan Ta Sen, peninggalan Cheng Ho di Malaysia sebenarnya sangat banyak. Bukan hanya di Malaka, tapi juga di Trengganu, Pahang, dan Negeri Sembilan. \"Tapi tidak sebanyak di Malaka. Di tempat itu rata-rata adalah kelenteng yang menghormati Sam Poo Kong.\" (*/c9/nw)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: