HET Bawang Putih Rp20 Ribu, Dijual Masih Rp40 Ribu
CIREBON – Operasi Pasar (OP) bawang putih di tiga pasar dilakukan tanpa mekanisme pengawasan yang jelas. Harga eceran tertinggi (HET) Rp20 ribu/kg dari Kementerian Perdagangan (Kemendag), tak mampu mengeram kenaikan harga di lapangan. Seperti diketahui, dalam OP Kemendag yang dilaksanakan awal pekan, Pasar Induk Jagasatru mendapatkan alokasi kuota bawang putih 5 ton, Pasar Pagi 1,5 ton dan Pasar Kanoman 1 ton. Pasar Jagasatru paling menerima pasokan banyak karena statsuanya sebagai pasar induk. Bawang putih OP dijual kepada pedagang Rp13.500 per kilogram dengan perjanjian harga jual maksimal Rp20 ribu per kilogram. Dengan ketentuan itu, pedagang masih sangat leluasa menentukan untung. Sementara untuk eceran dijual Rp15 ribu per kilogram. Nyatanya, di Pasar Kanoman bawang putih dijual Rp40 ribu/kg. Di Pasar Jagasatru dijual Rp25 ribu/kg atau di atas HET. Salah seorang pedagang mengungkapkan, kenaikan harga bukan ditentukan pedagang melainkan pemasok. Sehingga saat sampai di tangan konsumen harganya Rp40 ribu/kg. “Ya bagaimana, dari pemasoknya segitu,” tutur Wawan, kepada Radar, Jumat (23/6). Sementara di Pasar Jagasatru, para pedagang mengaku menjual bawang dari pemasok awal. Kini harganya Rp25 ribu/kg meski setelah operasi pasar harusnya kembali ke titik normal Rp20 ribu. “Kalau saya jual sesuai kualitas. Yang sandar Rp25 ribu,” ujar salah seorang pedagang, Wawan (36). Bawang biasa, kata dia, belum dibersihkan. Lain halnya dengan bawang putih kating yang telah bersih untuk dijual. Tak heran bila harga antara bawang putih biasa dan kating terpaut jauh. Bawang putih kating diberi harga Rp70 ribu perkilo. \"Bawang putih biasa belum bersih benar, sedangkan untuk bawang kating sudah dalam kondisi terbaik,\" tuturnya. Harga yang terpaut jauh pada bawang putih kating itu menurut Wawan berasal dari biaya lainnya seperti biaya transportasi angkut. Biasanya kalau sudah mendekati lebaran seperti ini angkutannya makin susah. “Ya mahal di ongkos. Belum ada jatah pegawai dari pemasoknya, saya ambil bawangnya dari Surabaya semua,\" ungkapnya. Di tempat terpisah, Kepala Bidang Bina Perdagangan Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi (Disperindagkop), Ateng Rojudin mengakui operasi pasar tidak berhasil. Ia menengarai, lonjakan harga itu terjadi karena sistem beli eceran. \"Mahalnya harga bawang putih karena mereka membelinya eceran, sedangkan eceran itu penjual mesti membeli plastik hingga menghitung pemnyusutan bawang putih,\" kata Ateng. Ateng mengaku dirinya sudah mengcecek harga bawang putih di pasar Jagasatru ternyata harganya hanya Rp30 ribu, padahal saat operasi pasar diharapkan harga bisa ditekan sampai Rp20 ribu. (myg/abd/apr)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: