Sampah Numpuk karena Pengangkutan Tak Terjadwal
CIREBON – Penumpukan di sejumlah tempat pembuangan sementara (TPS) di Kota Cirebon, mencerminkan pengelolaan persampahan yang kurang baik. Dari 28 TPS yang ada di dalam kota, beberapa di antaranya bahkan tidak terurus. Penumpukan sampah itu juga jadi jelas penyebabnya. Rupanya, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) mengalami kendala pengangkutan di TPS yang tidak terdaftar. “Kalau warga tidak mau wilayahnya kotor dengan TPS inisiatif, sebaiknya membuang di TPS-TPS yang terdaftar di DLH,” ujar Pelaksana Tugas (Plt) Kepala DLH, Agung Sedijono, kepada Radar Cirebon. Agung mengungkapkan, sebanyak 28 TPS yang tersebar di dalam kota bisa digunakan masyarakat. Di Kecamatan Harjamukti, terdapat delapan TPS yang siap menampung sampah warga di lima kelurahan yang terjaring wilayahnya. Wilayah lainnya seperti Kecamatan Lemahwungkuk memiliki empat TPS terdaftar yang telah dibangun DLH. \"Sebaiknya buang sampah di TPS yang terdaftar di DLH dan bukan di TPS hasil inisiatif warga,\" katanya. Agung berkilah, TPS inisiatif itu bukan tak diangkut. Tetapi kerap kali menumpuk karena berada di luar jadwal pengangkutan. Meski begitu DLH tetap mengangkut sampah di TPS inisiatif tersebut. \"Istilahnya TPS inisiatif itu dibangun tidak dari dana APBD, pure inisiatif warga yang ingin membuat TPS di wilayahnya sendiri,\" tuturnya. Sementara di wilayah Kecamatan Kesambi pun menjadi wilayah kecamatan dengan TPS terbanyak. Terhitung sebanyak 14 TPS terdaftar yang dibangun DLH. Sementara di Kecamatan Kejaksan memiliki delapan TPS. \"Semuanya tersebar, disebar juga di kelurahan,” ucapnya. Pantauan Radar, beberapa TPS isiniatif itu lokasi justru di tempat yang strategis dan menyebabkan pemandangan yang kurang sedap. Misalnya di Lampu Merah Simpang Empat Kanggraksan. Sampah sampai meluber ke jalan dan mengganggu pengguna jalan. Tumpukan sampah juga terlihat di TPS Jalan Brigjen Dharsono (Depan Objek Wisata Goa Sunyaragi). Pemandangan tersebut rupanya sudah berlangsung kurang lebih satu bulan ke belakang. Warga setempat, Jepri (39) mengungkapkan, sampah di TPS itu sebetulnya rutin diangkut setiap hari. Tetapi pengangkutannya tidak menyeluruh dan selalu disisakan. \"Yang diangkut itu sampah yang ada di kontainernya aja. Sisanya yang belum dimasukkan ke dalam (kontener) tidak diangkut, jadi makin hari makin numpuk,\" terang Jepri. Tumpukan sampah itu, kata dia, menimbulkan bau yang menyengat. Kemudian dari jalanan juga menimbulkan pemandangan yang tidak sedap. \"Kalau menumpuk gini sampah-sampahnya basah. Belum lagi baunya,” tukas dia. (myg)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: