Penumpang Kurang, Dua Rute Angkot Terancam Tutup

Penumpang Kurang, Dua Rute Angkot Terancam Tutup

CIREBON - Sejumlah rute angkutan kota mengalami pengurangan armada secara signifikan. Saat ini jumlahnya tinggal 979, padahal kuotanya mencapai 1.036 unit. Rute yang paling kurang armada ialah D10 yang menyisakan 43 dari kuota 60 unit. Kemudian D9 dan D7 yang sama-sama menyisakan 40 armada saja. (selengkapnya lihat grafis) Kepala Seksi Angkutan Dinas Perhubungan, Yanto Budiarto SAP mengatakan, penurunan pengguna angkot terjadi sejak tahun 2010-an. Akses mudah untuk memiliki kendaraan pribadi baik motor maupun mobil menjadi penyebabnya. \"Kalau dihitung sekitar 40 persen dari jumlah angkot yang beroperasi dan memiliki izin sudah tidak beroperasi lagi,\" kata Yanto, kepada Radar. Disebutkan dia, para pemilik trayek angkot yang tak beroperasi lagi ini disebabkan berkurangnya penumpang juga dan izin sudah tidak bisa diperbaharui lagi. Dalam tiga tahun ke belakang, pengurangan jumlah angkot ini sangat signifikan. Dari sekian banyak angkot yang beroperasi, D1 dan D9 adalah angkot yang hanya bersisa sedikit saja. \"Dua angkot ini tinggal beberapa saja yang beroperasi, jumlahnya tak banyak lagi,\" terangnya. Adapun untuk angkot yang masih eksis dengan jumlah banyak di antaranya D3, D5 dan D6. Tiga rute ini bisa dikatakan masih hidup karena banyak singgah di pusat keramaian, kawasan pendidikan dan hibruan. Pantauan Radar di lapangan, minat masyarakat menggunakan angkot kian menurun. Saepudin (46), salah seorang supir angkot D3 mengaku baru mendapat empat penumpang dalam dua kali putaran. Bahkan, saat menyusuri jalanan yang zona sekolah atau kawasan ramai pun, sedikit penumpang yang naik angkot Saepudin. Setiap hari, pendapatan Saepudin pun hanya berkisar Rp50-60 ribu. \"Sehari dapat 20 penumpang aja sudah syukur. Hasilnya buat beli bensin dan setoran. Kalau ada sisanya dibawa pulang,\" ujarnya. Bila mendapatkan penumpang sebanyak itu, berarti Saepudin bisa mendapatkan uang sekitar Rp80 ribu. Karena setiap penumpang rata-rata harus membayar Rp4 ribu. Sementara itu, ia harus menyediakan uang Rp120 ribu untuk setoran kepada pemilik angkot dan Rp150 ribu untuk membeli bahan bakar. \"Kan sudah keliatan buat setor aja nggak ketutup,\" ungkapnya. Sepi penumpang pun dialami sopir angkutan AKDP. Suwandi (51) misalnya. Sopir angkot GG itu mengaku lebih memilih untuk mengetem berjam-jam dibanding mencari penumpang di jalan. \"Kalau jalan bensin habis tapi duit enggak dapat, bengong cari penumpang susah,\" tuturnya. Pria yang sudah puluhan tahun menjadi supir angkot ini mengungkapkan, persoalan yang komplek yang dialami para supir angkot Kota Cirebon seharusnya mendapatkan perhatian lebih dari pihak terkait. \"Kita sih cuma sopir angkot yang harus ikut aturan, makanya pemerintah yang harus tegas,” katanya. (apr/mik)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: