Bersaing Harga dengan Tengkulak, Bulog Baru 50 Persen Serapan Gabah Petani

Bersaing Harga dengan Tengkulak, Bulog Baru 50 Persen Serapan Gabah Petani

CIREBON – Serapan gabah oleh pemerintah melalui Bulog hingga Agustus masih rendah. Salah satu penyebabnya, harga gabah dari tengkulak yang lebih tinggi. Di Jawa Barat, serapan gabah masih 50 persen atau sekitar 311 ribu ton dari target 611 ribu ton. Itu artinya, dalam empat bulan ke depan, pemerintah harus bisa menyerap 300 ribu ton lagi agar stok beras di Bulog aman. Yulia Trisetyowati, penyuluh pertanian Kementerian Pertanian RI mengatakan, beban target pemerintah dibagi kepada 7 subdivre yang berada di wilayah Jawa Barat. \"Di Subdivre Cirebon ini punya target 75 ribu ton beras. Dan ini dibagi lagi untuk target kabupaten dan kota. Kabupaten Cirebon kebagian 25,8 ribu ton,\" katanya. Masih rendahnya penyerapan gabah ini lantaran pemerintah harus bersaing dengan mahalnya harga yang ditawarkan para tengkulak. Menurut Yulia, harga beras atau gabah di tengkluak atau pasaran saat ini sudah tinggi. Sehingga, banyak petani yang lebih memilih menyerahkan penjualan beras ke pasaran daripada ke Bulog. Karena itu, hal itu menjadi tugas pemerintah untuk mencerahkan dan mengedukasi petani. Pemerintah sendiri memiliki stategi agar petani mau menyerahkan gabah ke Bulog. Salah satunya dengan menggandeng Gapoktan. Penyerapan gabah ini akan diurusi Gapoktan, yang mengatur sebagian dari anggotanya untuk menyerahkan beras kepada Bulog. \"Ini tidak hanya mitra Bulog saja yang harus rugi. Sebab, target penyerapan ini juga untuk mempertahankan dan upaya pemerintah agar swasemba tidak lagi terganggu impor,\" katanya. Dia berharap penyerapan beras jangan lagi dikuasi pihak tertentu. Pemerintah harus bisa meng-handle berasnya. Sehingga nantinya, sudah tidak ada lagi impor. Sejauh ini harga gabah di pasaran sudah mencapai lebih dari Rp 5.000. Sementara pemerintah melalui Permentan, hanya menghargai gabah dengan kadar air 30 persen sebesar Rp 3.700. Kemudian harga gabah kering giling Rp 4.600. Sementara untuk beras premium harga terendah Rp 7.150 dan tertinggi Rp 8.845 per kilogram. Selain kendala persaingan harga yang lebih mahal dari tengkulak, ada juga permasalahan lain yang membuat penyerapan gabah masih minim. Di antaranya, petani masih kesulitan air, hingga rebutan air. Untuk itu, pihaknya meminta bantuan Babinsa untuk mengawal pembagian air irigasi supaya adil. Tak hanya itu, masalah serangan hama juga memengaruhi jumlah produksi. Maka dari itu, peranan penyuluh untuk menjaga dan mengawal petani agar tanaman yang masih tersisa tetap terjaga menghasilkan panen yang maksimal. \"Sejauh ini Subdivre Cirebon sudah bagus, capaiannya cukup tinggi,\" ungkapnya. Subdivre Cirebon sendiri, kata dia, sudah mencapai sekitar 70 persen dari target yang dibebankan untuk penyerapan gabah di Jawa Barat. Pencapaian penyerapan gabah ini, kata dia, ditargetkan bisa selesai dan terpenuhi pada Oktober mendatang. Artinya, masih ada dua bulan lagi untuk bisa memaksimalkan penyerapan. Cara pemkab dengan menggandeng Gapoktan bisa menjadi solusi agar penyerapan bisa maksimal. \"Kita targetkan Oktober harapan itu tercapai. Kalau tidak tercapai, diteruskan hingga bulan berikutnya. Sehingga, cadangan beras pemerintah sudah penuh yang tersimpan di Bulog,\" jelasnya. Adanya percepatan penyerapan ini, pada intinya pemerintah ingin mensejahterakan petani. Jangan sampai produksi petani rugi. Di samping itu pemerintah berupaya dengan produksi melimpah, untuk mengurangi kran impor. (jml)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: