Soal Angin Kencang, Ini Kata BMKG…

Soal Angin Kencang, Ini Kata BMKG…

MAJALENGKA – Memasuki musim kemarau kerap terjadi anomali cuaca, seperti akhir-akhir ini sering terjadi angin kencang. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) kelas III Jatiwangi menjelaskan, saat musim kemarau setiap tahun angin dominan berasal dari arah timur menuju barat. “Angin kencang terjadi karena faktor regional dan faktor lokal wilayah masing-masing. Faktor regional disebabkan daerah yang bertekanan udara rendah di wilayah utara Indonesia, sedangkan di wilayah selatan Indonesia bertekanan tinggi,” jelas petugas Forecaster BMKG, Ahmad Faa Izyn. Angin bergerak dari daerah atau tempat yang bertekanan udara tinggi menuju daerah yang bertekanan udara rendah. Saat ini selisih tekanan udara daerah rekanan tinggi dengan daerah tekanan rendah cukup banyak, bisa mencapai 20 milibar dan banyak daerah bertekanan udara rendah di utara Indonesia. “Maka angin akan berhembus lebih kencang dari biasanya. Saat ini angin dari arah timur berasal dari benua Australia (tekanan udara tinggi) menuju ke wilayah utara Indonesia (tekanan udara rendah). Angin melewati Indonesia dengan lebih kencang dari normalnya, terutama di Jawa khususnya di Jawa Barat (Ciayumajakuning),” sebutnya. Dia menambahkan, faktor lainnya seperti faktor lokal wilayah di Majalengka terdapat gunung Ciremai. Angin yang berasal dari arah timur (belakang gunung) melewati gunung dan angin berhembus dengan kencang ke wilayah Majalengka kota dan sekitarnya.  Angin ini bersifat kering dengan kelembaban udara yang sangat rendah. Sehingga Majalengka disebut Kota Angin, karena angin berhembus lebih kencang dan lebih kering dibandingkan kota-kota lain. Penyebab utamanya faktor lokal gunung Ciremai disamping juga factor regional. Saat ini tercatat kecepatan angin di atas normal 5 sampai 35 kilometer per jam. Kondisi angin normal biasanya 5 sampai dengan 25 kilometer per jam. Sementara kecepatan angin di wilayah Majalengka merusak beberapa tungku pembakaran batu bata di wilayah utara Majalengka, tepatnya di blok Leuwiliang Desa Sukawera Kecamatan Ligung. Kecepatan angin di atas normal merobohkan sarana pembuatan batu bata. “Sudah beberapa hari terakhir kondisi angin di wilayah kami sangat kencang. Akibatnya beberapa tungku pembakaran batu bata roboh diterjang angin. Sementara ini kami tidak melakukan aktivitas pembakaran, karena khawatir bisa mempengaruhi proses pembakaran,” kata perajin di wilayah tersebut, Wira (52). Hal senada diungkapkan perajin batu bata lainnya, Kusnadi (49) yang menyebutkan sejak sepekan terakhir sudah ada tiga tungku pembakaran batu bata di wilayah mereka ambruk diterjang angin kencang. Beberapa perajin menunda aktivitas pembakaran sampai kondisi kecepatan angin normal kembali. (ono)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: