Ya Ampun, 10 Ribu Lebih Warga Kuningan Masih Buta Huruf

Ya Ampun, 10 Ribu Lebih Warga Kuningan Masih Buta Huruf

KUNINGAN - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy menyebutkan, angka buta huruf di Indonesia saat ini masih 2,07 persen atau sekitar 3,4 juta jiwa belum bisa baca tulis. \"Namun demikian, sebagian besar penyandang buta aksara tersebut masuk dalam kategori usia tua yaitu berusia di atas 45 tahun. Oleh karena itu, kita akan fokus menuntaskan penyandang buta aksara yang produktif kemudian menjaga dan mencegahnya agar tidak kembali buta aksara,” kata Mendikbud dalam peringatan Hari Aksara Internasional di GOR Ewangga Kuningan, Jumat (8/9). Muhadjir memberikan apresiasi kepada para pemangku kepentingan pendidikan yang telah membantu pemerintah sehingga berhasil menurunkan angka buta aksara di daerahnya. Dengan kerja sama yang baik, mendikbud berkeyakinan, Indonesia akan berhasil menuntaskan buta aksara dalam kurun waktu secepatnya. Mendikbud mengatakan, persoalan buta huruf sebenarnya tidak hanya terjadi di Indonesia, namun juga terjadi di seluruh negara di dunia. Termasuk di negara maju seperti Amerika Serikat (AS), ternyata masih ditemukan warga yang buta huruf sekitar 1 persen. “Termasuk di Indonesia, yang tercatat masih terdapat 2,07 persen atau 3,4 juta orang masih belum bisa baca tulis. Sehingga perlu kerja keras bersama semua pihak untuk menuntaskannya,” katanya. Dalam penuntasan buta aksara, mendikbud mengingatkan kepada seluruh pegiat pendidikan, bahwa keberaksaan tidak hanya bisa membaca, menulis, dan berhitung saja, tetapi perlu dipastikan jika warga belajar sudah bisa membaca, ia harus betul-betul mengerti yang dibacanya begitu juga dengan menulis, perlu dipastikan betul ia mengerti dengan yang ditulisnya. \"Seperti diketahui bersama, Allah SWT menurunkan wahyu pertama kepada Nabi Muhammad SAW adalah surat Iqra yang berarti bacalah. Namun Iqra juga bisa diartikan belajar, agar manusia memahami apa yang ada di sekitarnya untuk dipahami dan diterapkan dalam kehidupan sehari-harinya,\" kata Muhadjir. Oleh sebab itu, Muhadjir mengingatkan tentang betapa pentingnya belajar. Yaitu dengan menekankan Program Pendidikan Karakter (PPK), bahwa belajar dapat dilakukan di mana saja, baik itu di sekolah, keluarga, dan masyarakat dan tidak terpaku pada suasana sekolah yang kaku dan monoton. \"Jangan sampai anak-anak kita berangkat sekolah hanya duduk, mencatat dan mendengarkan materi guru, tanpa mengerti apa yang dipelajarinya. Biarkan siswa menjadikan sekolah sebagai rumah kedua mereka, merasakan suasana pendidikan yang nyaman dan menyenangkan sehingga mereka bisa belajar dan menguasai pelajaran dengan baik,\" kata Mendikbud. Sementara itu, Bupati Kuningan Acep Purnama mengatakan, angka buta aksara di Kabupaten Kuningan saat ini sebanyak 10.758 orang dengan didominasi oleh mereka yang tinggal di daerah pelosok. Selain itu, kata Acep, para penyandang buta aksara pun didominasi oleh mereka yang berusia di atas 59 tahun yaitu mencapai 8.247 orang dan sisanya masuk dalam usia antara 15 hingga 59 tahun. \"Wajar kalau penyandang buta aksara yang beusia di atas 59 tahun karena faktor pendidikan zaman dahulu. Oleh karena itu saat ini kita sedang fokus melakukan pemberantasan buta aksara melalui kegiatan-kegiatan percepatan penanggulangan buta huruf dan pemberdayaan masyarakat salah satunya memperbanyak Taman Bacaan Masyarakat (TBM),\" kata Acep. Dalam sektor pendidikan, Acep melanjutkan, perkembangan pendidikan di Kabupaten Kuningan secara umum menunjukkan tren yang positif. Kondisi ini ditunjukkan dengan data pencapaian indikator pendidikan yaitu angka melek huruf yang mencapai 98,79 persen dan indeks pendidikan (IP) mencapai 85,5 persen jauh di atas pencapaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang baru mencapai 74,84 poin. \"Sedangkan pencapaian rata-rata lama sekolah di Kuningan mencapai 88,84 persen, meningkat signifikan dibanding tahun-tahun sebelumnya,\" ujar Acep. Dalam mengentaskan angka buta huruf di Kabupaten Kuningan, Acep mengatakan, pihaknya sudah melakukan berbagai upaya di antaranya melakukan rembug daerah yang salah satu isinya meningkatkan kualitas dan layanan pendidikan nonformal untuk mewujudkan Kuningan menjadi Kabupaten Pendidikan. Selain itu melakukan pemetaan kantung-kantung buta aksara untuk dijadikan sasaran prioritas pemberantasan buta aksara dan melakukan kerja sama dengan pondok pesantren yang menyelenggarakan pendidikan nonformal untuk turut serta mendukung pemberantasan buta aksara di Kabupaten Kuningan. Dalam acara puncak peringatan Hari Aksara Internasional kali ini, mendikbud berkesempatan menyerahkan penghargaan Anugerah Aksara kepada beberapa kepala daerah dan pegiat keaksaraan dan lembaga yang ada di Indonesia. Adapun kepala daerah yang tahun ini mendapat penghargaan tersebut adalah Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Cirebon Jawa Barat, Kabupaten Pasuruan Jawa Timur, Kabupaten Probolinggo Jawa Timur, dan Kabupaten Sigi Sulawesi Tengah. Adapun penghargaan untuk pegiat keaksaraan dan lembaga pendidikan nonformal dan informal diberikan kepada M Rusli Abdillah dari Kota Pontianak Kalimantan Barat, Maktuf dari Kabupaten Semarang Jawa Tengah, Lies Umami dari Kabupaten Cirebon Jawa Barat, I Wayan Mertayasa dari Kabupaten Karangasem Bali, dan Djufri Abbas HS dari Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah. Dalam kesempatan tersebut, Bupati Kuningan Acep Purnama juga berkesempatan menyumbangkan 3.000 buku bacaan kepada Ketua TBM Kabupaten Kuningan untuk dibagikan kepada ratusan TBM yang tersebar di Kuningan. Kemudian bupati melakukan penandatanganan komitmen Pemerintah Kabupaten Kuningan dalam penuntasan PAUD Universal minimal satu tahun pra SD bersama 32 camat se-Kabupaten Kuningan. (fik)  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: