Produksi Garam Terkendala Cuaca, Panen Lebih Awal, Kualitas Menurun

Produksi Garam Terkendala Cuaca, Panen Lebih Awal, Kualitas Menurun

MUNDU - Hujan yang terus mengguyur Cirebon beberapa hari terakhir, membuat produksi garam di sentra-sentra penghasil garam di Kabupaten Cirebon terganggu. Sejumlah petani garam pun hanya bisa pasrah, jika lahan tambaknya tidak bisa dipanen. Namun beberapa petani garam terus memutar otak agar tetap bisa memproduksi garam dan bisa menghasilkan uang. Meskiupun hujan turun hampir setiap hari, namun kadang seringkali jika siang hari cuaca kadang masih terik. “Air dalam tambak kita lebihkan, sehingga jika ada hujan turun, air hujan tidak langsung menggerus garam, tapi ketemu dulu dengan air yang kita lebihkan,” ujar Yoyo Suwaryo petani tambak di Blok Waruduwur, Mundu saat ditemui Radar. Menurutnya, hal tersebut memang tidak banyak membantu, namun paling tidak bisa sedikit meminimalisasi dampak rusaknya garam petani akibat hujan. “Cuma kalau terus-terusan ya tetap saja, garamnya mencair juga, yang ada di bagian bawah,” imbuhnya. Air garam yang sudah bercampur air hujan membutuhkan waktu hingga tiga sampai tujuh hari untuk proses ulang pembuatan. Namun tidak jarang di tengah waktu proses ulang tersebut, hujan kembali turun dan membuat proses diulang dari awal lagi. “Kalau sudah begitu baru kita siasati, jika sudah terlihat ada lapisan garam di bagian paling bawah, langsung kita kerok. Kita panen seadanya, meskipun tak maksimal, paling tidak petani tidak terlalu rugi. Kalau yang normalnya tiga hari paling cepat, sekarang kita panen dini, dua hari langsung kita panen,” bebernya. Selain mengurangi produktivitas hasil panen, hujan juga membuat kualitas garam menurun drastis. Jika tidak melebur dan hancur dengan air, warna garam yang masih berada di tambak akan langsung keruh dan kotor. Hal tersebut disebabkan oleh lumpur atau tanah yang ikut turun ke dalam tambak garam dan terproses bersama dengan garam. “Kalau yang begini masuknya kualitas 2, harganya lebih murah dari 600 sampai 700. Kalau yang bagus atau kualitas 1 itu harganya masih di atas seribu,” tuturnya. Hujan yang masih sering turun juga akhirnya memupus semangat petani untuk menggarap lahan tambak garam. Pasalnya, hasil panen tidak seimbang dengan biaya yang digunakan untuk memproduksi garam. “Padahal baru dua bulan kita panen, paling banyak 15 kali kita panen, cuacanya sudah begini. Tapi ini lebih baik dari tahun kemarin yang sama sekali tidak ada panas. Tahun kemarin kita nganggur setahun penuh,” ungkapnya. Sementara itu, Syahroni (45) salah satu petani garam lainnya mengatakan, hampir bisa dipastikan harga garam beberapa bulan ke depan akan kembali mengalami kenaikan. Hal ini seiring dengan cuaca yang tidak mendukung untuk produksi garam, sementara kebutuhan di luar masih tinggi dan belum bisa terpenuhi oleh panen yang dua bulan kemarin. “Kalau musim hujan memang harganya naik. Makanya, sekarang banyak yang sudah mulai nimbun garam. Kalau jual sekarang percuma paling mahal 800. Mending nunggu dua bulan ke depan karena pasti naik. Paling tidak, harganya akan menjadi 1.500 sampai 2 ribu,” pungkasnya. (dri)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: