Waduh, Tahun Ini Ada 11 Bahasa Daerah Punah
JAKARTA - Kemendikbud menetapkan Oktober sebagai bulan Bahasa. Sayangnya ada kabar tidak sedap tahun ini. Yakni adanya sebelas bahasa daerah yang punah dan empat lainnya berstatus krisis atau sangat terancam. Kepala Badan Bahasa Kemendikbud Dadang Senendar mengatakan, tahun lalu Kemendikbud melakukan kajian vitalisasi bahasa daerah. Kajian ini untuk mengukur daya hidup bahasa daerah saat ini. \"Hasilnya ada 67 bahasa yang perlu dapat perhatian,\" katanya di Jakarta, Sabtu (7/10). Hasil dari vitalisasi itu, kondisi daya hidup bahasa daerah dikelompokkan dalam beberapa jenis. Yang memprihatinkan adalah ada sebelas bahasa daerah yang bestatus punah. Kemudian ada empat yang kritis, 17 bahasa daerah terancam punah, dua mengalami kemunduran, 14 bahasa stabil tapi terancam punah, dan terakhir 19 bahasa berstatus aman. \"Kita tidak bisa banyak-banyak melakukan kajian vitalitas bahasa daerah. Karena anggaran terbatas,\" jelasnya. Menurut Dadang, ada beberapa penyebab kepunahan bahasa daerah. Mulai dari penutur aslinya berkurang secara alamiah karena meninggal. Kemudian juga karena adanya bencana alam yang menghabiskan satu komunitas adat tertentu. Kawin campur, menurut Dadang, juga bisa membuat bahasa daerah punah. Misalnya kawin antara orang Jawa dengan Batak, jarang sekali anaknya diajari bahasa daerah Jawa dan Batak sekaligus. \"Idealnya diajari kedua-duanya,\" tutur dia. Faktor lainnya adalah munculnya anggapan dari mayarakat sendiri bahwa bahasa daerah tidak penting. Kepala Pusat Pembinaan (Kapusbin) Badan Bahasa Kemendikbud Ghufron Ali Ibrahim mengatakan ada beberapa cara untuk melestarikan bahasa daerah. \"Supaya tidak punah,\" jelasnya. Seperti pembuatan kamus bahasa daerah, pelatihan bahasa daerah, dan memasukkan bahasa daera sebagai muatan lokal. Ghufron berharap, masyarakat tetap melestarikan bahasa daerah. Ada sejumlah kendala dalam pelestarian bahasa daerah. Di antaranya adalah 50 persen lebih bahasa daerah ada di wilayah Indonesia bagian barat. Selain itu ada sejumlah bahasa daerah yang penuturnya tersisa sedikit. Contohnya adalah bahasa daerah Ibo di Maluku yang tinggal empat orang penuturnya. (wan)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: