Sebagian Area Waduk Setu Patok Jadi Lahan Pertanian

Sebagian Area Waduk Setu Patok Jadi Lahan Pertanian

CIREBON – Hujan kerap kali turun di wilayah Cirebon. Namun, kekeringan masih belum menunjukkan tanda selesai. Di beberapa wilayah, tanda-tanda kekeringan usai malah semakin jauh dari harapan. Salah satunya adalah yang terjadi di Waduk Setu Patok, Kecamatan Mundu. Air di waduk tersebut semakin menipis. Bahkan, para petani di Kecamatan Astanajapura, Mundu dan Greged, terancam kekeringan. Kondisi tersebut membawa untung bagi warga yang tinggal di sekitar waduk. Saat ini, lebih dari setengah area waduk sudah berubah menjadi lahan pertanian dadakan. Dari mulai tanaman padi, sayuran kangkung, hingga singkong. Tanaman-tanaman tersebut tumbuh subur di waduk. Untuk debit normal bendungan sendiri, adalah sekitar 14 juta meter kubik. Sekarang kurang dari angka normal. Salah satu petani dadakan, yang juga warga Desa Penpen, Sukma (45) mengatakan, menyusutnya debit air Waduk Setu Patok dimanfaatkan untuk bercocok tanam. “Ini sudah rutin, tahunan. Hampir tiap tahun kita bertani ketika air waduk mulai menyusut. Sekarang sudah banyak yang ikut menanam, terutama yang berada di sisi selatan waduk,“ ujarnya. Bercocok tanam di dalam waduk mempunyai keuntungan tersendiri. Salah satunya adalah ketersedian air yang banyak. Petani tidak mesti ketakutan akan ancaman kekeringan. “Airnya dekat, tinggal ambil saja. Kalau yang di sawah biasa susah,” imbuhnya. Keuntungan lainnya, para petani tidak harus membayar mahal sewa lahan untuk area yang ditanami. Bahkan tanah tersebut diperoleh secara gratis tanpa harus membayar kepada siapa pun. Sementara itu, untuk mengantisipai kekeringan yang terjadi, Ahmad Sukiman, Kasi Ekbang Kecamatan Mundu sudah mengimbau para petani untuk mematuhi aturan dan ketentuan. Termasuk waktu masa tanam. Namun pelaksanaan di lapangan, tidak sedikit petani yang mengabaikan imbauan tersebut. Sehingga, berpotensi menurunkan produktivitas panen. “Imbauan sudah kita sampaikan. Namun memang kembali ke petaninya. Faktornya banyak, ada yang memang sengaja menunda masa tanam karena menunggu pesta adat. Ini kan sebenarnya berakibat pada potensi menurunkan produktivitas. Bahkan bisa terancam gagal panen,” ungkapnya. (dri)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: