Suplai Air dari Bendung Rentang Tak Lancar, Petani Protes

Suplai Air dari Bendung Rentang Tak Lancar, Petani Protes

CIREBON - Sejumlah petani di Kabupaten Cirebon mengeluhkan minimnya suplai air untuk lahan pertanian. Pasalnya, meskipun saat ini sudah masuk musim hujan, fakta di lapangan justru ratusan hektare lahan pertanian malah kekurangan air. Persoalan sendiri muncul karena suplai air dari Bendung Rentang, Majalengka tidak stabil. Selain itu, keberadaan proyek pemerintah untuk perbaikan saluran irigasi membuat sauplai air tersendat, sehingga masa tanam petani saat ini menjadi terancam mundur. Jika mundur, dipastikan para petani akan mengalami kerugian yang tidak sedikit. Benih padi yang ada di persemaian yang seharusnya dicabut dan ditanam di lahan pertanian, tidak bisa dilakukan. Karena lahan pertanian khususnya padi kekurangan air. “Untuk WTC sendiri sepertinya relatif lebih aman. Pasokan untuk wilayah timur dari Waduk Darma tanpa persoalan. Sementara untuk wilayah barat dan utara otomatis terganggu karena suplai dari Bendung Rentang juga tidak stabil,” ujar Ketua HKTI Kabupaten Cirebon, Tasrip Abubakar saat dihubungi Radar Cirebon. Menurut Tasrip, untuk mengantisipasi gagal tanam akibat kekurangan air, sudah berkoordinasi dan menjalin komunikasi dengan pihak BBWS untuk meminta sementara waktu proyek pemerintah ditunda sampai musim tanam selesai. “Sudah kita sampaikan, agar proyek-proyek yang mengganggu laju air menuju hilir, untuk sementara waktu sampai musim tanam selesai dihentikan dulu. Ada di Sungai Sindupraja, saluran GS juga ada, yang terdampak wilayah Kapetakan, Suranenggala, Gegesik, Panguragan dan wilayah-wilayah lainnya di barat dan utara Kabupaten Cirebon,” imbuhnya. Selain itu, ia juga meminta pasokan air dari Jatigede ditambah, sehingga wilayah-wilayah yang berada di hilir seperti Cirebon dan Indramayu, mendapat pasokan air yang cukup untuk bercocok tanam. “Usia persemaian itu normalnya 25 hari. Sekarang banyak yang sudah di atas 30 hari tapi tidak bisa tanam. Banyak lahan kekurangan air. Dari Jatigede juga harus ditambah, paling tidak setengah lagi dari jumlah saat ini,” paparnya. Jika dibiarkan, banyak risiko yang akan dihadapi petani. Salah satunya potensi menurunnya hasil panen petani yang akan berdampak sistemik kepada sektor lainnya. “Potensi yang pertama timbul akibat mundurnya masa tanam itu adalah menurunkan produktivitas hasil panen. Ini akan membuat petani rugi, sektor lain juga akan ikut terpengaruh,” bebernya. Sementara itu, Khaerudin (45) salah seorang petani warga Desa Kubangdeleg, Kecamatan Karangwareng saat ditemui Radar Cirebon mengaku saat ini petani memang sedang sangat butuh air, karena baru masuk musim tanam. “Di sini kan banyak lahan yang posisinya jauh lebih tinggi di atas tanggul, terpaksa pakai pompa. Hujan sendiri kan belum konstan, masih sesekali setelah itu panas lagi. Apalagi sekarang baru tanam, masih sangat butuh air dalam jumlah banyak,” ungkapnya. (dri)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: