Konflik PPP Berbuntut Panjang, Beda Dukungan Paslon

Konflik PPP Berbuntut Panjang, Beda Dukungan Paslon

KUNINGAN–Saling bantah dari masing-masing kubu di tubuh PPP Kabupaten Kuningan menjadi konflik panas berbuntut panjang. Setelah ada pernyataan dari pihak DPC PPP yang dipimpin H Uus Yusuf SE didampingi Wasekjen DPP PPP Arya Permana Graha, soal keputusan final PPP mendukung pasangan Cabup-Cawabup Tosa (Toto Taufikurohman Kosim – Yosa Octora Santono), tanggapan juga kembali disampaikan dari senior PPP yang justru sama sekali tidak mau mengikuti perintah PPP pimpinan Uus. Abdullah, salah seorang kader senior PPP Kuningan yang mengaku sebagai kader PPP yang sangat militan dan dirinya tidak tergiur uang, menegaskan pihaknya tetap istiqomah berada dalam barisan PPP namun tidak dalam mengikuti barisan PPP pimpinan Uus dengan Ketua Umumnya Romahurmuziy. Dalam pernyataan pedasnya, ia menyebut Uus adalah anak baru lahir yang belum tahu apa-apa, begitu pun Arya. “Saya Abdullah dan saudara Idrus adalah kader PPP yang betul-betul istiqomah. Makanya kita memberikan tanggapan terhadap pernyataan saudara Uus dan Arya, saudara Uus enggak level bicara dengan saya, dia anak baru lahir. Saya berjuang dari tahun 1971, level saya bareng dengan Udin Mauludin, SH Saputra, Yusuf Ridwan, bukan dengan Uus, siapa itu saudara Uus, enak saja, anak baru lahir kemarin,” ketus dia saat menghubungi Radar Kuningan via telepon selulernya. Ia mengatakan, Abdullah dan Idrus sangat kecewa terhadap pernyataan Ketua DPC PPP Uus Yusuf yang mengatakan kader PPP di Kuningan khususnya tetap solid, karena baginya itu sama sekali tidak ada. Ia pun dengan tegas menyatakan enggan bersatu dengan PPP yang dipimpin Uus, bahkan mengancam PPP di Kuningan akan dibubarkan. “Walaupun bagaimana, saya enggak mau bersatu dengan saudara Uus, bisa-bisa PPP di Kuningan saya bubarkan. Kami ini kader-kader PPP yang sangat militan, kader-kader perjuangan 71. Jadi, saya tetap mengacu kepada yang kemarin (pertemuan di Hotel Purnama, red). Walaupun ada saudara Arya, dia siapa? Gak level dengan saya. Saya itu levelnya luar biasa, dengan Yusuf Gofar, dengan Dikdik, bukan dengan Arya, siapa ini Arya. Dia itu kan butuh suara dari Kuningan, kenapa dia bicara seperti itu, seenaknya saja,” tegas Abdullah penuh emosi. Baginya, siapapun yang dihadapinya di PPP, ia akan tetap berjuang. Kader dan simpatisan PPP di Kuningan menurutnya tidak akan bersatu kalau PPP masih dipimpin Uus. Ia bersama Idrus tidak akan mengikuti apa yang diinstruksikan Uus, sehingga pihaknya tetap mengacu kepada PPP pimpinan Dzan Farid walaupun sudah ada ketetapan dari Menkumham dengan kepemimpinan Romahurmuziy. “Saya enggak bakalan takut kok dipanggil ke DPP, lalu harus bergabung dengan DPC yang sekarang, nggak bisa dong. Saya punya massa loh, di Hotel Purnama saja saya siap mengabulkan para PAC, begitu. Jangan bicara enaknya saja Uus, anak baru lahir kemarin kok. Kemarin pertemuan di Hotel Purnama itu keinginan saya dan teman-teman, hasil kesepakatan bersama, tidak ada yang ngomando. Ini hasil kerja sama saya sebagai komponen 71, saya berjuang di PPP, sudah kenyang makan garam. Ini (Uus, red) anak baru kemarin kok bicara seenaknya saja,” sindir Abdullah. Untuk pilihan dalam Pilkada Kuningan 2018, lanjut Abdullah, kader-kader PPP yang digerakkannya itu akan tetap ada di pasangan Acep-Ridho. Ia kembali menyebut dirinya bersama ratusan kader dan para senior PPP di Kuningan bukan termasuk kader partai karena duit, melainkan sebagai kader militan PPP. Ia mengaku sama sekali tidak takut dipanggil Uus, termasuk tidak takut jika nantinya dipanggil Romahurmuziy. “Soal KTA, itu mah Uus juga saya boleh cek kok, apakah tidak mengecewakan saudara Uus waktu pendaftaran PPP di KPU? Masalah KTA saya rasa semenjak dipimpin Uus, semuanya acak-acakan. Kenapa sekarang ngatur masalah KTA, apaan ini. Pokoknya saya tetap membantah adanya pernyataan PPP solid dukung Tosa, saya juga mengatakan kader PPP yang militan mendukung Acep-Ridho, kami kader militan, bukan kader karena uang. Arya siapa? Anak kemarin, dia kan mau nyalonin dewan dari Kuningan. Kalau distop sama saya mau bagaimana dia? Kalau terjadi seperti ini saya yakin dan menjamin PPP di Kabupaten Kuningan akan mengalami nasib sama dengan PBB, saya yakin itu,” ucapnya. Jadi, lanjut dia, persoalan ini bukan masalah pecah atau tidak. PPP sampai sekarang masih terjadi dualisme, satu pimpinan dipimpin Romahurmuziy, ke bawahnya ada Uus, dan di pusat pun masih tetap ada pimpinan lain, yakni Dzan Farid dan Dimyati sebagai Sekjennya. Ke bawahnya pun, sampai saat ini DPC PPP (pimpinan Drs H Momon Suherman, red) mempunyai struktural yang jelas. “Jadi, sampai sekarang PPP ada dualisme, dari pusat sampai ke bawah. Kalau kubu Dzan Faridz kita tetap mendukung Pak Acep dan Pak Ridho. Kader-kader militan PPP angkatan 71 itu ada di kubu Dzan Faridz, ke atasnya pun jelas. Kita memiliki KTA yang dikeluarkan oleh Dzan Faridz, bukan oleh Romahurmuziy,” tandas Abdullah. (muh)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: