Tembus 8,7 Juta Kubik, Waduk Cipancuh Dijaga

Tembus 8,7 Juta Kubik, Waduk Cipancuh Dijaga

INDRAMAYU – Volume air Waduk Cipancuh mulai mengalami penurunan. Namun kewaspadaan terus berlanjut. Pasalnya kendati berkurang, debit air waduk yang terletak di Desa Situraja, Kecamatan Gantar, Kabupaten Indramayu itu masih di atas batas normal. Hingga kemarin, Senin (19/3), Tinggi Muka Air (TMA) waduk tercatat 29,70 meter di atas permukaan air laut (mdpl) dengan volume air mencapai 7,6 juta kubik (m3). Masih di atas kapasitas normal waduk yakni 6,2 juta kubik. “Makanya kita sekarang masih siaga 24 jam di sini. Sudah dua hari dua malam petugas kurang tidur semua. Gak bisa merem, melotot terus lihat kondisi air,” ucap Pengamat Sungai dan Irigasi Waduk Cipancuh, Kamto. Apalagi, kata dia, Waduk Cipancuh sempat mengalami over kapasitas hingga mencapai 8,7 juta kubik dengan TMA 3,05 pada Minggu malam (18/3). Kondisi ini membuat seluruh petugas yang berjaga waswas. Langkah penggelontoran air melalui pintu dan pembuangan langsung langsung dilakukan secara serempak. Namun parahnya, meski sudah digelontor keluar, volume air justru tidak berkurang sama sekali menyusul melimpahnya sumber air dari Sungai Cibiuk, Ciseuseupan, Cipancuh, Cihoe, dan Cikeludan yang menjadi sumber air Waduk Cipancuh. “Kami semua di sini sampai dibikin stres. Apalagi laporan dari hulu, hujan masih deras di sana. Artinya kiriman air dengan jumlah besar terus berlanjut,” ungkap Kamto. Beruntung, esok paginya pemasukan air ke Waduk Cipancuh mulai berkurang. Sehingga volume air berangsur turun dan berada di titik 7,6 juta kubik. Meski demikian, lanjut dia, semua petugas tetap siaga siang malam untuk memantau fluktuasi air waduk. Setelah sempat kelebihan air, kini tugas utama adalah menjaga agar volume air tetap normal. Sebab dalam waktu dekat diperkirakan petani penerima manfaat dari waduk Cipancuh akan segera memulai musim tanam gadu. “Sekarang sudah beberapa desa mulai tanam padi lagi. Air waduk diatur supaya ke depan bisa tetap mencukupi kebutuhan petani untuk tanam padi kembali,” terang Kamto. Teknis yang dilakukan adalah dengan memperkecil jumlah air yang keluar dikisaran 29 kubik perdetik untuk mengisi lima saluran yaitu saluran Cipancuh, Sarjambe, Kiarakurung, Nambo dan Lajem. Sebelumnya ketika volume waduk di atas normal, air yang dilepas mencapai 45,5 kubik perdetik. “Kini dilakukan penghematan. Tapi kalau over tinggi lagi ya kita lepas banyak-banyaknya,” tandas dia. Keberadaan waduk Cipancuh ini, memang menjadi solusi kebutuhan air areal 6.314 sawah yang mayoritas tadah hujan. Pasalnya kendati sudah memasuki musim penghujan, petani di 4 kecamatan yaitu Gantar, Haurgeulis, Kroya dan sebagaian Anjatan masih kesulitan air karena sebagian besar areal persawahannya tidak terdapat irigasi teknis. (kho)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: