Tradisi Unik Jaga Sungai, Punah sejak 1980-an, Hidupkan Kembali Keduk Kedung Dalem

Tradisi Unik Jaga Sungai, Punah sejak 1980-an, Hidupkan Kembali Keduk Kedung Dalem

CIREBON-Di awal tahun ini, Cirebon dan sekitarnya dihadapkan dengan bencana banjir yang terjadi sejumlah wilayah. Salah satu penyebabnya ialah pendangkalan dan degradasi daerah aliran sungai (DAS). Penanganan dilakukan Balai Besar Wilayah Sungai Cimanuk Cisanggarung (BBWS Cimancis). Tidak hanya dari segi infrastruktur, tetapi turut mengangkat kearifan lokal. Tradisi menjaga sungai ini sebetulnya hidup di tengah masyarakat dan mulai menghilang sejak 1980-an. Padahal, tradisi yang dikenal dengan Keduk Kedung Dalem ini, betul-betul merupakan upaya masyarakat menjaga kelestarian dan kesehatan sungai. Sehingga alam menjadi bersahabat. Kepala Bidang Perencanaan Umum dan Program BBWS Cimancis Dwi Agus Kuncoro menjelaskan, cerita pernah dari tradisi ini diungkapkan salah seorang budayawan Cirebon. Informasi ini benar-benar membuka mata dan pikiran, sekaligus mengubah mindset, BBWS Cimancis dalam upaya mengajak masyarakat turut serta dalam menjaga sungai. “Tradisi ini unik. Sudah lama hilang, tapi harus dihidupkan lagi,” ujar Dwi, kepada Radar Cirebon, belum lama ini. Momentum ini dirasa Dwi tepat untuk kembali menghidupkan tradisi Keduk Kedung Dalem. Apalagi, Kota Cirebon terus menerus didera banjir berulang sepanjang Februari-Maret. Dari rangkaian banjir itu, disimpulkan bahwa penyebabnya ialah air kiriman dari hulu, pendangkalan dan menurunnya daya dukung sungai. \"Saya kira ini bisa jadi referensi yang tepat untuk menggalakkannya kembali,\" terangnya. Keduk Kedung Dalem sendiri biasa dilakukan para leluhur di Cirebon setiap musim kemarau tiba. Ketika musim penghujan berganti dengan musim kemarau, warga ramai-ramai untuk mengeruk tanah sungai. Jauh sebelum ada teknologi dan peralatan canggih bermunculan, aksi gotong royong ini yang sudah ada di Cirebon untuk mencegah air meluap. Tradisi mengeduk tanah di sungai ini, mirip dengan upaya normalisasi. Tujuannya yakni sama-sama menjaga kedalaman sungai, agar saat terjadi kiriman air dalam jumlah besar daya tampung sungai mampu menanganinya. Sehingga tidak timbul luapan dan banjir ke permukiman warga. \"Korelasinya sangat ada. Karena di Cirebon ini kan pendangkalannya itu luar biasa karena sungai kita ada di hilir, nah tradisi ini biasa dilakukan setiap kemarau untuk mencegah musim penghujan air meluap ke perkampungan,\" paparnya. BBWS Cimancis sejauh ini masih berusaha memperdalam referensi mengenai tradisi ini. Kemudian berusaha untuk melakukan upaya-upaya revitalisasi dan pada akhirnya berupa kegiatan yang mengajak peran serta masyarakat. Dwi berharap dukungan banyak pihak. Termasuk dengan komunitas yang aktif melakukan upaya-upaya menjaga kelestarian sungai. \"Kalau tidak makin digalakkan, akan semakin lupa orang dengan tradisi ini. Lama-lama akan semakin hilang tradisinya. Tapi masih butuh banyak kajian. Sejauh ini kami masih coba untuk mengeruk sampah di sungai,\" tutupnya. (myg)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: