26 Tahun Tidak Mudik, Begini Cerita Kepala Rutan Klas I Cirebon

26 Tahun Tidak Mudik, Begini Cerita Kepala Rutan Klas I Cirebon

Bagaimana rasanya tidak berlebaran di kampung halaman bersama keluarga karena tugas? Itulah yang kerap dirasakan Jalu Yuswa Panjang selama 26 tahun terakhir. Dia tak pernah mudik lebaran sebagaimana lumrahnya kebanyakan orang. Tugasnya menjaga dan memberikan pelayanan di Rutan Klas I Cirebon, membuat dirinya sudah terbiasa berlebaran bersama ratusan napi dan tahanan. JAMAL SUTEJA, Cirebon JALU Yuswa Panjang, mungkin sudah lupa suasana lebaran di kampungnya. Puluhan tahun tak pernah mudik ke tempat kelahirannya di Desa Ngelandung, Madiun, Jawa Timur. Tempat dulu dirinya dibesarkan. Meski di rumah masih ada ibu yang menantinya, tugasnya sebagai abdi negara tentu tak bisa ditingalkan. \"Saya terakhir lebaran sama ibu itu 11 tahun lalu, itu pun ibu yang saya bawa ke sini,\" ucap Jalu, saat ditemui Radar, belum lama ini. Sebagai sipir dan abdi negara, Jalu tak bisa mengelak. Itu menjadi bagian risiko pekerjaan yang diembannya. Sejak dirinya menjadi meniti karir menjadi petugas sipir hingga akhirnya menduduki kepala Rutas Klas I Cirebon. Dia pernah juga bertugas di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Klas I Kesambi. Kota Cirebon sudah menjadi rumah kedua baginya. Bagi pegawai negara seperti dirinya, memang tidak diberikan cuti untuk mudik lebaran. Hal ini berlaku bagi seluruh pegawai rutan. Mereka hanya bisa mengambil cuti, di bulan-bulan selanjutnya. Itu pun diberikan secara bergantian. \"Ya kalaupun pulang juga kan sudah habis momen Idul Fitri-nya, selama Idul Fitri kita full memberikan pelayanan bagi keluraga napi dan tahanan yang ingin berkunjung ke rutan,\" ucapnya. Untuk menyiasati rasa kangennya itu, beberapa kali ibunya yang sudah berusia 80 tahun diboyong ke Cirebon. Apalagi, ibunya itu selalu kangen untuk bertemu cucu-cucunya. \"Justru, ibu yang diboyong ke sini, ya selama 26 itu sudah tiga kali saya boyong ke sini, diantar sama kakak,\" ujarnya. Saat awal-awal, kata Jalu, dia merasakan beratnya lebaran tanpa keluarga dan harus menjalani tugas. Namun ketika itu sudah dijalani, kini rasanya sudah kebal. Meskipun terkadang tetap saja ada rasa ingin kumpul lebaran di kampung halaman. \"Ya sekarang sudah kebal, anak-anak dan istri ya lebaran ya pada di rutan semua. Istri kadang bantu kerjaan di rutan memeriksa pengujung wanita yang akan masuk rutan,\" jelasnya. Ibarat pasar, pengujung rutan saat lebaran memang meningkat signifikan. Sehingga petugas harus ekstra kera keras dalam mengamankan, sekaligus memberikan pelayanan. Setiap pengujung diperbolehkan membawa makana ke dalam rutan. Asalkan dalam tempat atau wadah yang transparan. Hal ini untuk menghindari barang-barang yang terlarang masuk ke dalam rutan. Dalam melakukan tugas sebagai kepala Rutan, Jalu juga harus pandai melakukan komunikasi dengan para napi dan tahanan yang memiliki karakter berbeda. Apalagi mereka masuk ke rutan dengan kasus yang berbeda-beda. Sehingga komunikasi menjadi bagian penting dalam membangun hubungan yang baik dengan para napi. Agar pembinaan di rutan juga bisa berjalan. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: