1 Kolombia vs Inggris 1, Satu Tepisan Hapus Kutukan

1 Kolombia vs Inggris 1, Satu Tepisan Hapus Kutukan

MOSKOW – Jordan Pickford menambah deretan pemain nomor satu yang jadi hero di fase 16 besar Piala Dunia 2018. Setelah Igor Akinfeev (Rusia) dan Danijel Subasic (Kroasia) jadi buah bibir dengan penyelamatan gemilangnya saat adu penalti, maka kemarin WIB (4/7), satu tepisan Pickford menyelamatkan Inggris dari kutukan 22 tahun adu penalti major tournament. Kiper debutan itu menepis tembakan eksekutor terakhir Kolombia, Carlos Bacca. Inggris menang adu penalti 4-3 setelah berimbang 1-1 di laga normal, setelah gol penalti Harry Kane di menit ke-57 mampu disamakan heading Yerry Mina pada menit ketiga injury time. \'\'Saya sudah melakukan riset (penalti pemain-pemain Kolombia) sebelumnya,\'\' kata Pickford, dikutip ESPN. Walaupun cuma mampu menepis satu dari lima tembakan penalti -eksekusi Matias Uribe melayang, kiper yang baru 7 caps The Three Lions -julukan Timnas Inggris- itu mengaku nyaris dari semua arah tembakan pemain Kolombia sesuai, \'\'Hanya (Radamel) Falcao yang melakukan (penalti) tak seperti biasanya,\'\' sebut Pickford. Tak hanya membantu memecahkan rekor 22 tahun tak pernah lolos adu penalti, Pickford juga jadi kiper pertama Inggris setelah dua dekade yang mampu menepis tendangan penalti saat adu penalti major tournament. Terakhir, David Seaman menggagalkan penalti Argentina di fase 16 besar Piala Dunia 1998. Hernan Crespo eksekutornya. \'\'Tak peduli meski saya bukan kiper terbaik (seperti Seaman). Karena penalti itu lebih ke soal momen, dan yang perlu saya lakukan ya membuat penyelamatan, dan saya bisa. Ini tentang positioning, dan mengarahkan tangan ke arah yang benar,\'\' imbuh kiper yang sukses menggusur dominasi Joe Hart sebagai nomor satu Timnas Inggris itu. Nah, di perempat final, Pickford masih punya potensi kembali dihadapkan dengan babak adu penalti. Swedia sebagai lawannya dikenal tim yang main negatif, dan defense-nya pun sulit  ditembus. Robin Olsen sebagai kiper Blagult -julukan Swedia- pun belum pernah berhasil pada saat adu penalti. Piala Dunia 2018 pun berpotensi menajamkan rekornya sebagai Piala Dunia yang paling banyak terjadi adu penalti di fase knockout. Adu penalti kemarin jadi yang ketiga kali. Di dalam laga perempat final lainnya yang mempertemukan Kroasia dan Rusia, peluang adu penalti tidak tertutup juga. Sama seperti Swedia, Rusia sebagai host Piala Dunia pun lebih sering memainkan skema main negatif yang mengandalkan counter attack. Ini jadi tantangan Kroasia. Suba -sapaan karib Subasic- pun sudah paham dengan kans head to head adu penaltinya kontra Akinfeev. \'\'Itu akan lebih susah (ketimbang saat melawan Denmark), apalagi mereka tuan rumah, lalu tekanan yang ada di belakang saya pun lebih besar,\'\' ungkap kiper terbaik Ligue 1 2016-2017 itu. Sukses di Piala Dunia 2018 ini jadi kali pertama kiper AS Monaco itu jadi hero di dalam adu penalti, di semua ajang. Musim 2017-2018 di level klub, kiper 33 tahun itu tak sekalipun di semua ajang mampu menyelamatkan gawangnya dari tendangan penalti. Tujuh penalti, di tujuh kalinya gagal semua. Selain dua laga itu, bentrok perempat final lain antara Prancis menantang Uruguay besok (6/7) dan Brasil kontra Belgia (7/7) lebih kecil peluangnya. Pasalnya, keempat negara itu punya rekor sebagai tim-tim yang attacking football. Sehingga kans banyak peluang dan gol pun lebih terbuka. (ren)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: