3 Hari Tak Pulang dan Tidur di Sawah demi Air
INDRAMAYU - Langkah apa pun dilakukan petani Indramayu untuk menjauhkan sawahnya dari ancaman kekeringan. Sampai tidur di sawah pun rela dilakukan. Seperti yang dilakukan para petani asal Kecamatan Widasari, Kabupaten Indramayu. Demi mengawal air saat pembagian air, mereka rela tidak pulang ke rumah dan tidur di sawah. Mengingat, pembagian air hanya dilakukan dua hingga tiga kali dalam sepekan. Sementara sawah harus basah dan terairi setiap hari. Seorang petani asal Kecamatan Widasari, Jarkiyah (55) memantau lahan sawahnya setiap hari agar tetap mendapatkan pasokan air. Dia mengaku rela siang dan malam di sawah hanya untuk mengawal gilir air sampai ke lahannya. “Kalau sedang nunggu giliran, petani bisa tiga hari tidak pulang. Kalau mau pulang ya harus ada yang menggantikan untuk jaga diesel (mesin pompa, red),” ujarnya. Saat air datang, kata dia, diesel harus segera dinyalakan agar air segela mengalir ke sawah. “Kalau sawahnya yang di pinggir irigasi itu enak, tapi kalau yang letaknya jauh, belum sampai ke sawah, air sudah rebutan bahkan habis udluan,” ujarnya. Untuk yang punya modal lebih, kata dia, petani biasanya membuat sumur bor. “Tapi yang nggak ada biaya ya hanya mengandalkan jadwal pembagian air. Kadang buat dapat air saja harus colong-colongan,” ujarnya. Senada, dikatakan petani lainnya, Sam’un (60) asal Lohbener. Sudah rela tidak pulang ke rumah, petani kata dia kerap terlibat konflik karena berebut air. “Ya mau gimana lagi, memang musimnya lagi begini. Lagi kesulitan air,” ujarnya. Dia pun berharap ada pengawalan dari instansi terkait khususnya soal pembagian air. Sehingga, kata dia, petani bisa mendapat air secara merata. “Karena yang kasihan petani yang ada di ujung. Kadang saat gilir air pun mereka nggak kebagian air,” jelasnya. (oni)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: