Alti Firmansyah, Ilustrator Cewek Asal Indonesia yang Mendunia
Reporter:
Dian Arief Setiawan|
Editor:
Dian Arief Setiawan|
Jumat 27-07-2018,11:08 WIB
Ajang tahunan Comic Con International tahun ini menghadirkan sosok komikus Indonesia, Alti Firmansyah, yang hadir untuk mengikuti pameran dan acara penandatanganan komik \"Goliath Girls,\" yang merupakan kolaborasinya dengan penulis asal AS, Sam Humphries.
Keragaman etnis dan gender sungguh terasa di ajang tahunan Comic Con International 2018 yang merupakan pameran komik dan hiburan multimedia yang baru saja diselenggarakan di kota San Diego, California, dimana para komikus dan artis yang hadir memiliki latar belakang yang berbeda.
Salah satunya, Alti Firmansyah, perempuan Indonesia yang berprofesi sebagai seorang Line Artist yang bertugas membuat sketsa untuk komik daring atau online di Amerika yang berjudul Goliath Girls.
Komik yang dirilis oleh perusahaan Comixology ini merupakan hasil kolaborasinya dengan penulis asal Amerika Serikat, Sam Humphries. Ini merupakan kolaborasi mereka yang ke-2, setelah sebelumnya ia dan Sam menggarap komik produksi Marvel yang berjudul “Star Lord & Kitty Pryde.” Comixology sendiri adalah anak perusahaan dari Amazon, toko belanja daring yang berpusat di AS.
Alti yang tinggal di Jakarta, khusus diundang ke ajang Comic Con ini untuk mengisi acara di stan Comixology. Biasa berkarya dari jarak jauh, ini adalah pertama kalinya Alti bisa bertatap muka langsung dengan para penggemar komik Goliath Girls, yang menurutnya sangat beragam.
“Ini super amazing. Jadi ini pertama kali juga saya berada di SDCC (San Diego Comic Con). Saya amaze dengan variety tamu-tamunya, terutama saya di sini melakukan signing. Orang datang ke saya dari umur yang muda, sampai ke yang usia lanjut ada gitu. Semua race juga ada, jadi amazing,” papar Alti Firmansyah dengan gembira kepada VOA belum lama ini.
Para pengunjung pun tidak menyangka bahwa Alti berasal dari Indonesia. Banyak yang mengira bahwa ia adalah warga lokal AS.
“Saya tidak tahu dia berasal dari Indonesia. Menurut saya bagus sekali dia bisa datang ke sini dan memasarkan komiknya,” kata seorang pengunjung bernama Anne.
Kepala pemasaran dari perusahaan Comixology, Ivan Salazar juga senang melihat artis berbakat seperti Alti bisa bergabung bersama mereka di Comic Con kali ini.
“Senang sekali bisa ada komikus berbakat dari Indonesia yang bisa menggarap komik dengan kami dan berada di Comic Con,” ujarnya.
Sejak kecil, Alti memang gemar menggambar, bahkan sering mengikuti kejuaraan menggambar semasa SD hingga SMA. Lulus kuliah dari Fakultas Seni Rupa dan Desain di Institut Teknologi Bandung tahun 2005, Alti kemudian terjun ke dunia periklanan, hingga akhirnya bergabung dengan studio komik lokal di tahun 2012 untuk mendalami dunia komik secara profesional.
Kini, sebagai seorang Line Artist, tugas Alti adalah menuangkan naskah ke dalam bentuk gambar di panel komik.
“Biasanya berupa sketch dan thumbnail, kemudian begitu layout panelnya di-approve oleh writer dan editor, layout itu kemudian di tinta dan dirapikan. Proses keduanya ini bisa manual maupun digital. Tapi dalam hal ini, aku lebih banyak kerja secara digital,” papar lulusan tahun 2005 ini.
Pada tahun 2014 saat Alti masih bekerja dengan salah satu studio komik di Indonesia, ia mengikuti acara Comic Con lokal dan bertemu dengan pencari bakat dari perusahaan Marvel yang tengah berada di Indonesia.
“Alhamdulillah kepilih salah satunya saya. Nah, dari situ dapat proyek, masih lanjut sampai sekarang, Alhamdulillah,” cerita perempuan yang hobi olah raga dan menggambar ini.
Di bawah naungan Marvel, Alti juga ikut terlibat dalam penggarapan komik “X-Men ’92,” “The Unbelievable Gwenpool,” “Thor VS Hulk,” dan serial komik “Marvel Rising.” Berkolaborasi dengan komikus yang tinggal di benua yang berbeda bukanlah masalah bagi Alti. Perbedaan waktu dapat teratasi dengan baik. Komunikasi pun dilakukan melalui e-mail.
“Dari pas awal aku kerjasama sama Sam sebenarnya enggak ada masalah sama komunikasi,” ujar perempuan kelahiran tahun 1983 ini.
“Misalnya dia balas jam 12 malam, saya masih bangun. Kecuali dia balas jam 3 pagi, baru mungkin saya bangunnya jam 9-10 pagi gitu,” tambahnya.
Salah satu tantangan yang ia hadapi sebagai komikus adalah ketika ia harus menuangkan cerita yang rumit dari sang penulis, ke dalam bentuk gambar.
“Tapi kadang-kadang writer atau editor suka menyediakan link atau referensi gambar yang sekiranya sulit ditemukan atau image tertentu yang mereka maksudkan,” jelas alumni SMUN 6 angkatan 2001 ini.
Kepada teman-teman yang ingin terjun ke dunia komik seperti dirinya, Alti berpesan untuk tetap semangat dalam berlatih dan mencari referensi, serta memperhatikan tingkah laku.
“Jaga komunikasi dan attitude dalam bekerjasama, karena dunia industry (komik) itu tidak kerja sendirian. Jadi we’ll always work as a team. Jadi attitude yang harus dijaga sebenarnya,” pungkasnya. (voa)