Tenun Gedogan Diambang Kepunahan

Tenun Gedogan Diambang Kepunahan

INDRAMAYU – Tenun Gedogan merupakan kerajinan khas asal Kecamatan Juntinyuat Kabupaten Indramayu, yang cukup terkenal dan menjadi salah satu warisan budaya. Sayang, keberadaan tenun yang satu ini sudah diambang kepunahan. Bayangkan, saat ini tinggal ada 4 (empat) perajin yang aktif di Desa Juntikebon Kecamatan Juntinyuat. Salah satu perajin yang masih aktif memainkan jemari untuk menyusun tenun adalah Ny Sunari (59). Perempuan tangguh ini mengaku sudah sejak kecil ikut berkecimpung dalam bidang tenun. “Sudah lama sekali, lupa sudah berapa tahun saya ikut membuat Tenun Gedogan ini,” ungkapnya. Sunari mengaku entah sampai kapan akan terus menekuni home industry yang satu ini. Di satu sisi ia mengaku sudah lelah. Tapi di sisi lain, ia tak ingin Tenun Gedogan menghilang hanya karena tidak ada lagi yang peduli. “Anak-anak muda sekarang tidak ada yang tertarik untuk meneruskan usaha kami. Jadi kalau bukan kita, siapa lagi,” ujarnya. Dengan tenaga yang terbatas, Sunari juga mengakui kalau sudah tidak seproduktif dulu lagi. Ia bahkan lebih banyak membuat tenun ketika ada yang memesan (by order). Ditemui di depan rumahnya, Jumat (31/8), Sunari tampak sibuk memintal benang untuk dijadikan kain tenun. Senyumnya terlihat sedikit mengembang. Rupanya ia tengah mengejar pekerjaan karena ada pesanan yang lumayan. “Ada pesanan 100 lembar kain tenun dari Bandung,” ungkapnya. Sunari menambahkan, keberadaan kain Tenun Gedogan memang mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Dulu, kata dia, kain Tenun Gedogan hanya digunakan untuk menggendong bakul, terutama untuk menuju ke tempat hajatan (kondangan). Selain itu juga banyak digunakan oleh pedagang maupun petani untuk menggedong bakul. Tapi sekarang, Tenun Gedogan lebih banyak dipakai untuk acara-acara seperti pameran, atau digunakan sebagai oleh-oleh (suvenir). Kuwu Juntikebon Kecamatan Juntinyuat, Muhayan SPd, juga mengaku prihatin melihat kerajinan Tenun Gedogan yang sudah nyaris punah. Ia pun berharap ada pembinaan dari pemerintah atau dinas terkait, agar keberadaan Tenun Gedogan tetap eksis di kemudian hari. “Memang harus ada upaya pembinaan, terutama terhadap generasi muda. Harus ada upaya agar generasi muda kita juga mencintai Tenun Gedogan sebagai warisan budaya. Jangan sampai punah,” ujarnya. (oet)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: