Perahu Susah Masuk, Nelayan Minta Muara Kali Tangkil Dikeruk

Perahu Susah Masuk, Nelayan Minta Muara Kali Tangkil Dikeruk

CIREBON-Nelayan dari Kampung Samadikun yang menambatkan perahu mereka di Sungai Kedung Pane atau kerap disebut Kali Tangkil di Kelurahan Kesenden meminta kepada pemerintah untuk memperhatikan nasib mereka. Salah satunya, terkait dengan kondisi Kali Tangkil yang mengalami pendangkalan di bagian muaranya. Salah satu nelayan, Encu yang mengaku telah melaut sejak kecil, meminta kepada pemerintah untuk segera memberikan solusi atas pendangkalan Kali Tangkil. “Ya, tolonglah kepada pemerintah untuk memperhatikan nasib para nelayan Samadikun, khususnya Kali Tangkil yang menjadi jalur keluar masuknya perahu itu sudah dangkal lagi, banyak lumpurnya. Jadi perahu tuh susah masuknya, apalagi kalau malam. Enggak kelihatan,” ujarnya kepada Radar Cirebon. Menurutnya, pendangkalan yang terjadi di Kali Tangkil disebabkan oleh perilaku masyarakat di daerah hulu sungai yang membuang sampah sembarangan ke kali. Dikatakan Encu, volume sampah akan meningkat pada saat musim penghujan datang. “Mungkin dari perilaku orang-orang yang buang sampah di daerah hulunya, sehingga dampaknya ke kita. Apalagi sebentar lagi masuk musim hujan itu sampah kebawa semua kesini. Masih mending kalau cuma plastik saja, tapi kalau batang batang pohon yang besar itu membahayakan perahu nelayan,” ujarnya. Nelayan lainnya, Daryono menambahkan, jika dirinya harus mengeluarkan biaya tambahan untuk perbaikan perahu yang disebabkan oleh material kayu yang mengendap di daerah muara Kali Tangkil. Kayu yang mengendap di dasar kali tidak jarang membuat perahunya mengalami kerusakan. “Di kali ini dalamnya tinggal selutut, jadi perahu-perahu susah masuknya. Apalagi banyak batang kayu yang nancap itu sering bikin perahu nelayan rusak, bolong. Kalau sudah begitu, nelayan terpaksa keluar modal lagi untuk memperbaiki perahu. Tiga ratus ribu  untuk tukangnya saja, belum kayu dan bahan bahan lainya,” keluhnya. Diungkapkan Daryono, dengan penghasilan rata-rata Rp1,5 juta sampai Rp2 juta per sekali melaut dengan tiga ABK, kondisi tersebut dirasa cukup memberatkan, karena kebutuhan pokok yang dirasakanya semakin mahal. “Cukup memberatkan, apalagi kalau tidak ada uang, terpaksa kita mencari pinjaman,” pungkasnya. (khoirul anwarudin-magang)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: