TNI AL Selidiki Kebakaran KRI Rencong

TNI AL Selidiki Kebakaran KRI Rencong

JAKARTA- Tepat sehari pasca peringatan HUT TNI AL ke-73, salah satu alat utama sistem persenjataan (alutsista) milik matra laut mangalami musibah. Selasa pagi (11/9) Lalu, KRI Rencong 622 terbakar. Beruntung tidak satu pun prajurit yang tengah bertugas di atas kapal tersebut menjadi korban. Namun, kapal cepat rudal (KCR) buatan Korea Selatan (Korsel) itu tidak dapat diselamatkan. Kepala Dinas Penerangan TNI AL (Kadispenal) Laksamana Pertama Gig J M Sipasulta menyampaikan, saat terbakar kapal perang tersebut tengah melaksanakan tugas operasi Bawah Kendali Operasi (BKO) Gugus Keamanan Laut Komando Armada III. “Di sekitar Perairan Sorong kurang lebih 20 mil dari dermaga Komando Armada III,” ungkap pria yang lebih akrab dipanggil Gig itu. Sampai berita ini dibuat kemarin sore, Gig belum bisa menyampaikan secara terperinci penyebab kebakaran di KRI Rencong 622. Menurut dia, instansinya bakal membentuk tim untuk mencari tahu asal muasal api yang menyebabkan kebakaran terjadi. “Akan dibentuk tim penyidik TNI AL untuk melaksanakan penyelidikan lebih lanjut,”  terang perwira tinggi TNI AL dengan satu bintang di pundak tersebut. Gig memastikan, perkembangan informasi terkait kebakaran kapal perang yang pernah bertugas dalam berbagai operasi itu akan disampaikan. Namun, mereka butuh waktu untuk mendapat data dan informasi lengkap. Sementara itu, seluruh prajurit yang selamat dari kebakaran sudah berada di markas Komando Armada III setelah berhasil keluar dari api yang membakar kapal mereka. “Saat ini sudah dievakuasi,” imbuhnya. Menurut Direktur Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Khairul Fahmi, kebakaran KRI Rencong 622 yang terjadi tidak jauh dari markas Komando Armada III patut menjadi catatan dan perhatian. Sebab, markas itu merupakan pangkalan baru milik TNI AL. “Pengembangan armada harus dibarengi peningkatan kemampuan alutsista dan personel,” terang Khairul ketika diwawancarai Jawa Pos (Radar Cirebon Group). Niatan TNI AL membentuk tim guna mencari data informasi lebih terperinci soal kebakaran kapal perang tersebut, sambung Khairul, wajib dipastikan berjalan serius. “Termasuk (investigasi) kemungkinan adanya sabotase, ketidakdisiplinan pemeliharaan, maupun kelalain personel,” imbuhnya. Menurut dia, tiga potensi itu layak ditelusuri. Sebab, kebakaran kapal perang bukan perkara sederhana. Berdasar catatan milik Khairul, KRI Rencong 622 punya peran yang cukup penting dan signifikan. Bersama KRI Mandau 621, KRI Badik 623, dan KRI Keris 624, kapal perang itu merupakan KCR yang tercepat di antara kapal cepat lain milik TNI AL. “Banyak berperan dalam operasi-operasi keamanan perairan kita,” jelasnya. Karena itu, kehilangan KRI Rencong 622 juga harus cepat ditindaklanjuti oleh matra laut. Meski masih ada tiga kapal perang sejenis, Khairul menyebutkan, TNI AL tetap perlu memikirkan pengganti KRI Rencong 622. Tentu saja bukan sekedar pengganti, melainkan harus lebih hebat dari kapal tersebut. “Indonesia perlu kembali serius dalam upaya pengembangan teknologi kapal patroli cepat,” ungkap dia. Sebab, kapal-kapal tersebut sangat dibutuhkan untuk memastikan keamanan laut tanah air. (syn)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: