Buwas Ragu Data BPS, Kenapa?

Buwas Ragu Data BPS, Kenapa?

Setelah berkeras menolak kebijakan impor beras yang telah disepakati di Rapat Koordinasi (Rakor), Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso kini memperagukankan kebenaran data Badan Pusat Statistik (BPS), soal kebutuhan beras nasional. Menurut Buwas, impor beras dilakukan karena ada pihak yang menilai produksi beras dalam negeri tidak dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Sebab, kata dia, penilaian tersebut berangkat dari data BPS yang menurutnya tidak valid. “Jadi kebutuhan masyarakat Indonesia itungannya 2,4 juta sampai 2,7 juta sebulan, walaupun saya masih ragu cara berhitungnya. Dari BPS, 260 juta manusia Indonesia setiap orang rata-rata mengkonsumsi 130 kg beras setiap tahun. Berarti bayi pun sama dong? Tidak dibagi dengan usia. Bayi kan belum makan nasi, paling kan bubur. Nah itu harus ada hitungan ukurannya,” kata Buwas di Kantor Pusat Perum Bulog, Jakarta, Rabu (19/9). Dengan perhitungan itu, Buwas menilai tidak heran bahwa kebutuhan beras nasional per tahun terkesan sangat banyak.Hal ini membuat seolah-olah produksi nasional tidak pernah cukup memenuhi kebutuhan masyarakat, sehingga membuat pemerintah pun membuka keran impor beras. “BPS juga enggak menyampaikan itu secara akurat. Saya berangkat dari data abu-abu. Data menurut saya, nanti kementerian lain beda lagi. Kita harus bersinergi harusnya,” ujarnya. Sehingga, Buwas mengaku tak heran jika selama beras impor tertahan di gudang dan tidak terdistribusikan secara efektif. Sebab, serapan dalam negeri masih bisa memenuhi kebutuhan nasional. Di sisi lain, negara harus menanggung kerugian yang besar. “Jangan kita ulangi kesalahan sudah nyatanya tidak perlu kok tapi diperlu-perlukan. Kalau perhitungannya mubazir untuk apa? Itu mubazir. Impor yang nilai dolar tinggi ini menguras devisa negara,” tandasnya. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: