Tagih Janji Kompensasi Debu Batu Bara, Warga Pesisir: Tolong Diingat-ingat

Tagih Janji Kompensasi Debu Batu Bara, Warga Pesisir: Tolong Diingat-ingat

CIREBON – Dampak debu batu bara tidak hanya dirasakan masyarakat di Pesisir Selatan, Kota Cirebon, yang berbatasan langsung dengan area pelabuhan. Beberapa ratus meter, tepatnya berseberangan dengan lingkungan pelabuhan, warga juga mengeluhkan hal serupa. Ketua RW 10 Pesisir Utara, Suwarjono mengatakan, dampak batu bara dirasakan di musim kering dan berangin seperti sekarang ini. Meski tidak separah tahun-tahun sebelumnya. Namun, dampak debu ini mestinya bisa dituntaskan bila semua pihak mematuhi komitmennya. “Masih ada. Sekarang sih berkurang, nggak seperti tahun-tahun kemarin,” ujar Suwarjono, kepada Radar Cirebon. Kendati demikian, polusi udara yang dirasakan warga dirasa tidak mendapatkan perhatian serius. Kompensasi yang diberikan jauh dari kata cukup. Terutama mempertimbangkan risiko yang diharapi warga. Yang menarik, kompensasi yang selama ini diterima warga justru bukan dari PT Pelindo II Cirebon. Uang debu tersebut dibayarkan pengusaha bongkar muat batu bara. Nilainya juga tidak menentu.  Terkadang hanya Rp 18 juta per bulan. Tetapi saat volume bongkar banyak, kompensasi bisa sampai Rp 28 juta per bulan. RW 10 Peisisir Utara sendiri dihuni 1.200 kepala keluarga dengan 6 ribuan jiwa. Uang belasan juta itu tentu dibagian kepada warga secara adil dan merata. “Saya tekankan, itu uang bukan dari Pelindo. Pelindo sama sekali tidak ada bantuan apa-apa. Paling kiriman sembako,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: