Keluarga Korban Gempa Palu Asal Kuningan Minta Bantuan Dewan

Keluarga Korban Gempa Palu Asal Kuningan Minta Bantuan Dewan

KUNINGAN – Hampir dua pekan pasca musibah gempa dan tsunami yang melanda Sigi, Palu dan Donggala Provinsi Sulawesi Tengah, diduga masih banyak korban yang hingga kini belum ditemukan. Hal itu pun dialami salah satu anggota keluarga asal Kabupaten Kuningan, yang hingga saat ini belum diketahui nasibnya. Warga Kuningan yang masih dalam pencarian di Palu, yakni Nining Khoiriyah, mahasiswa Universitas Tadulako Palu. Seperti yang diberitakan Radar, sejak kejadian hingga saat ini, Nining masih belum ditemukan. Orang tua Nining, Siti Fatimah (38), terus melakukan berbagai upaya untuk mencari tahu keberadaan putri kesayangannya itu. Berbagai cara sedang dilakukan Fatimah dan keluarga guna mencari tahu nasib anaknya. Pada saat beberapa jam sebelum bencana datang, Nining berada di sekitar kampus Universitas Tadulako Palu. Fatimah menceritakan, anaknya sempat melakukan kontak terakhir dengannya beberapa saat sebelum gempa terjadi di Palu. Bahkan, saat itu pula Nining sempat transfer uang jajan kepada adiknya di Kuningan. Kepada Radar Kuningan, Fatimah didampingi suaminya Duliman, kembali bercerita jika ia ingin sekali berangkat ke Palu untuk mencari tahu keberadaan Nining. Sayangnya, belum bisa berangkat karena keterbatasan dana untuk biaya hidup di sana. Kendati demikian, ia tetap berupaya mencari bantuan berbagai pihak, termasuk sangat berharap bantuan dari Pemda dan DPRD Kuningan. Dengan membawa foto Nining sambil menangis, Fatimah dan Duliman datang dari Desa Tajur Buntu Kecamatan Pancalang ke gedung DPRD di Jalan RE Martadinata Ancaran menggunakan motor, Kamis siang (11/10). Ia hendak menemui Ketua DPRD Rana Suparman untuk meminta bantuan agar Pemkab Kuningan dalam hal ini Bupati Acep Purnama dan DPRD turun tangan memfasilitasinya berangkat ke Palu. Sayangnya ia gagal menemui Rana karena tidak ada di tempat. Saat hendak kembali ke Pancalang, datang salah seorang anggota DPRD dari Fraksi PAN, Yudi Moch Rodi. Fatimah dan Duliman pun langsung menghampiri Yudi dan menyampaikan keluhannya tersebut sambil menangis tersendu-sendu. Yudi pun terlihat sangat terharu. Lalu Yudi meminta agar Fatimah kembali lagi ke gedung DPRD Jumat siang ini (12/10) untuk bertemu Ketua DPRD Rana Suparman. “Ini pak, saya mau minta tolong, anak saya sampai sekarang belum ketemu, dia kuliah di Universitas Tadulako Palu. Saya ingin sekali mencari anak saya langsung di Palu, saya pengen ketemu Pak Ketua DPRD,” kata Fatimah. Kepada Yudi yang saat itu juga didampingi anggota Fraksi PKS Idwan, Fatimah menceritakan kondisi terakhir Nining di Palu. Beberapa saat sebelum terjadi gempa di Palu, Nining berada di sekitar kampus. Ia mengetahuinya karena Nining sempat berkomunikasi via WhatsApp sekaligus mengabarkan sudah mentransfer uang jajan untuk adiknya. “Anak saya terakhir kontak saya di WA, dia ada di sekitar kampus dan sudah transfer uang untuk adiknya di Kuningan. Itu siang sebelum gempa pak. Setelah saya tahu ada gempa, saya mencoba ngontak dia, tapi tidak aktif HPnya, gimana ini pak? Tolong saya, saya pengen ke Palu. Dia anak yatim, bapaknya sudah meninggal, yang sekarang dengan saya bapak tirinya pak,” sebut Fatimah sambil kembali menangis. Mendengar cerita langsung dari Fatimah, Yudi pun berjanji akan memfasilitasi Fatimah dan keluarga bertemu dengan ketua DPRD. Bahkan ia pun memberitahukan Jumat siang ini akan ada acara sidang paripurna, sehingga Bupati Acep Purnama pun dipastikan datang ke gedung DPRD. “Saya jadi merinding nih. Ibu besok siang (hari ini, red) ke sini lagi, besok ada sidang paripurna, nanti saya pertemukan ibu dengan pak ketua. Insya Allah Pak Bupati juga hadir, dan kita sampaikan langsung ini. Ibu yang sabar ya, insya Allah kami bantu,” kata Yudi. Setelah bertemu Yudi, Fatimah pun kembali bercerita kepada Radar Kuningan terkait keinginannya untuk berangkat ke Palu. Ia mengaku mengetahui wilayah Palu karena dirinya merupakan alumnus Universitas Tadulako Palu. Dirinya juga sangat yakin anaknya selamat dan berada di penampungan, karena saat gempa terjadi, wilayah kampus tersebut tidak separah wilayah lain yang terkena dampak gempa. “Saya tahu Palu, karena saya lulusan Universitas Tadulako. Di sana juga ada saudara saya, dan saya ingin mencari anak saya ke Palu. Apalagi saya dengar dari berita di TV, hari ini evakuasi dihentikan. Saya yakin anak saya masih hidup dan selamat. Tidak ada kontak mungkin HP-nya jatuh, ada kabar katanya ada yang melihat anak saya di pengungsian. Besok (hari ini, red) saya ke sini (DPRD, red) lagi,” tutur Fatimah sambil mengusap air matanya yang terus keluar. (muh)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: