Mampukah PKL Sukalila Jadi Contoh?

Mampukah PKL Sukalila Jadi Contoh?

CIREBON – Jalan Sukalila sudah lekat dengan imej pusatnya pedagang kaki lima (PKL). Sepanjang ruas jalan ini berjejer lapak pedagang. Ada 105 yang terdata. Jauh melampaui ruas jalan lainnya. Jumlah itu didominasi penjual pigura, sepatu dan sandal, makanan serta minuman. Dari pendataan yang dilakukan Radar Cirebon, populasi PKL terpadat berikutnya ada Jl Pekiringan 81 PKL, Jl Karanggetas 53 PKL, Jl Perjuangan 73 dan Jl Sudarsono 51 PKL. Sementara bedasarkan data Dinas Perdagangan Koperasi dan UKM (Disdagkop-UKM), total di Kota Cirebon 2.841 PKL. Pemerintah Kota Cirebon sejauh ini juga tidak melakukan upaya penataan. Termasuk pasca kebakaran yang menghanguskan sebagian besar kios. Salah seorang pedagang, Agus (49) mengatakan, saat ini sebagian besar pedagang mulai membangun lapaknya. Mereka juga menyepakati beberapa peraturan. Termasuk dengan memberi celah jalan untuk trotoar selebar 1,5 meter. Pedagang harus berjualan di area lapak, tidak ada pedagang yang berjualan di area trotoar. \"Nanti kita sisakan untuk yang jalan kaki. Kalau kita melanggar,” kata Agus, kepada Radar, Minggu (14/10). Tidak hanya itu, ada paguyuban yang dibentuk pedagang. Aturan-aturan itu sudah disepakati pedagang. Nantinya akan ditegakan oleh paguyuban. Kalau nantinya ada pelanggaran, pengurus paguyuban yang akan menindak. Tindakan selanjutnya akan diserahkan ke Satuan Polisi pamong Praja (Satpol PP). “Kalau masih bandel bisa sampai Satpol PP katanya,\" ungkapnya. Dengan pengaturan ini, ia berharap PKL Sukalila menjadi contoh. Kemudian kawasan ini menjadi sentra dari kegiatan UKM. Termasuk kerajinan pigura. Untuk mewujudkan itu, pedagang dan Paguyuban Pedagang Sukalila berusaha untuk rapih. Kemudian sama-sama mewujudkan ketertiban. Paguyuban juga akan berusaha menciptakan kawasan ini jadi menarik.Trotoar rencananya akan dicat. Kemudian dibeberapa lokasi akan dibenahi. Tujuannya menciptakan kawasan ini jadi punya daya tarik. Pembenahan lapak baru yang sudah berjalan hampir satu bulan itu ditargetkan akan selesai pada bulan depan. Mengingat pembangunannya dibangun dan diakomodir paguyuban bersama-sama. Pedagang masing-masing harus mengeluarkan budget membangun sekitar Rp5-10 juta. Pedagang lainnya, Kaya (59) mengaku perlu membangun lapak dagangnya kembali karena sudah rata dengan tanah pasca kebakaran. Untuk itu, saat ini pasca selesai dibangun nantinya, ia mengaku akan lebih menjaga lapaknya itu. \"Sekarang mah harus rapih, bersih jangan kotor. Intinya biar nggak kelihatan kumuh lah nantinya,\" tambahnya. Karya menjadi salah satu dari sekian banyak pedagang yang kembali merenovasi dan mendirikan bangunan lapaknya yang terdahulu. Meski masih sedih, ia mengaku tak ingin berlarut-larut dalam kesedihan. Mengingat dapur harus terus nyala apinya. \"Mau cepat-cepat jualan lagi aja. Sekarang udah ada paguyuban mah enak lebih tertata. Ada aturannya lagi. Jadi kita pedagang juga nanti harus rapi lah,\" pungkasnya. (myg)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: