Petani Harus Antisipasi Kekurangan Air

Petani Harus Antisipasi Kekurangan Air

CIREBON-Memasuki masa tanam (MT) pertama tahun 2019 yang berlangsung dari bulan November 2018, areal persawahan di wilayah Barat Kabupaten Cirebon seperti di Kecamatan Gegesik, Kaliwedi, Arjawinangun, Susukan, dan sekitarnya justru akan mengalami kekurangan pasokan air. Pasalnya, sejumlah irigasi yang melintasi areal persawahan di wilayah itu mengalami pengeringan. Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Kabupaten Cirebon Tasrip Abu Bakar menyampaikan, kendati tata gilir air dari Waduk Jati Gede telah diperpanjang hingga 15 Oktober 2018, namun debit air kurang mencukupi. “Sudah ada bantuan tata gilir air sampai kemarin. Tapi karena luasnya hamparan sawah, kini sudah masuk masa pengeringan, tata gilir air yang kemarin diberikan dari Waduk Jati Gede Sumedang untuk persiapan pola tanam 1,” ungkap Tasrip. Dijelaskan Tasrip, saluran irigasi teknis di Kabupaten Cirebon tengah masuk masa pengeringan. Selama masa pengeringan, sambungnya, akan dilakukan pemeliharaan rutin saluran irigasi. Dikatakannya, selain untuk perawatan jaringan, pengeringan juga sebagai upaya pemerintah menertibkan pola tanam petani. Menurutnya, pengeringan yang dimaksud bukan tidak ada pengaliran air sama sekali. Selama masa pengeringan, masih ada aliran secara berkala. “Saat memasuki masa pengeringan ini petani sudah bersiap untuk mengantisipasi tanaman kekurangan air,” tuturnya. Tasrip juga mengimbau kepada petani pengguna air untuk berbagi dengan sesama petani yang akan memanfaatkan air. “Saat jadwal air mengalir diatur sebaik-baiknya agar merata,” ujarnya. Menurut Tasrip, selama masa pengeringan ini biasanya akan dilakukan rehabilitasi dan peningkatan jaringan irigasi seperti perbaikan tanggul, pengerukan sedimen terutama di sejumlah pintu air serta peningkatan dari tanggul tanah menjadi permanen. “Saluran irigasi yang melintasi permukiman banyak ditemukan sampah plastik di pintu air. Selain menyumbat, plastik yang terisi lumpur akan menumpuk di dasar saluran dan mengurangi debit air. Nah, di masa pengeringan saya harapkan Dinas PUPR bekerja maksimal untuk melakukan perawatan irigasi,” jelasnya. Sebelumnya, tambah Tasrip, pihaknya jauh- jauh hari telah mengimbau petani untuk tidak memaksakan tanam padi ketika memasuki kemarau. Tanaman yang disarankan untuk ditanam adalah jenis palawija yang tidak membutuhkan banyak air untuk pertumbuhannya. Terkait musim kemarau ini, kata Tasrip, sudah ada persawahan yang mengalami kekeringan. “Sedari awal musim kemarau saya sudah mengimbau agar persawahan tadah hujan atau yang jauh dari sumber air untuk tidak dipaksakan tanam padi. Hal itu berisiko saat musim kemarau serta masa pengeringan irigasi tanaman bisa kekurangan air,” tukasnya. (via)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: