Wihara Boen San Tong Masuk Cagar Budaya

Wihara Boen San Tong Masuk Cagar Budaya

CIREBON-Wihara Boen San Tong atau yang lebih dikenal dengan Wihara Pemancar Keselamatan yang terletak di Jalan Winaon Nomor 69 Kelurahan Lemahwungkuk, Kota Cirebon itu memiliki keunikan. Wihara yang dibangun pada tahun 1896 ini ternyata tidak banyak mengalami perubahan sejak pertama kali dibangun. Wihara yang telah ditetapkan sebagai cagar budaya tersebut terdiri dari tiga ruangan. Di ruangan bagian depan wihara, terdapat lampion dan lonceng yang tergantung di bagian atapnya.  Selain itu, terdapat altar pemujaan bagi Hok Tek Ceng Sin (Dewa Bumi) dengan sejumlah arca sang dewa di sana. Biasanya umat Budha bersembahyang di altar dewa tersebut untuk mendapatkan limpahan rezeki dan kelancaran usaha. Di ruangan tengah, terdapat lukisan lukisan yang berisi kisa kuno yang mengandung pesan moral. Selain itu, terdapat juga patung Dewi Kwan Im yang merupakan penjelmaan Dewi Welas Asih. Sementara, di bagian belakang yang merupakan ruangan paling luas diantara ruangan lainya terdapat lima altar yaitu, altar Dewi Pek Ku Thay Fud, Dewi Pek Kiung Kung Fud, Dewi Pek Kiung Min Fud, Dewi Pek Kiung Ming Fud serta altar Dewi Pek Ku, Cay Ku, Lien Ku, Min Ku. Menurut Humas Wihara Boen San Tong, Kho Kim Fuk (51), wihara biasanya ramai oleh jemaat pada hari hari besar seperti saat imlek dan cap go meh dan ulang tahun Dewi Pek Ku Thay Fud.  Sementara saat hari biasa, wihara ramai saat pagi hari. “Para jemaat bersembahyang sebelum melaksanakan aktivitas seperti bekerja atau memulai usaha mengharap kelimpahan rezeki dan kelancaran usaha,” tuturnya. Ditambahkan pria yang akrab disapa Apuk ini,  Dewi Pek Ku Thay Fud merupakan Dewi Pemancar Keselamatan yang menjadi daya tarik utama bagi para jemaat di Wihara Pemancar Keselamatan. “Di sini ramainya saat ada hari besar. Selain itu setiap bulan 10 juga bertepatan dengan hari ulang tahun Dewi Pek Ku Thay Fud, jemaat dari luar kota banyak sekali yang datang bahkan minta diundang,” ungkapnya. Ada Satu hal menarik yang tidak ada di wihara lainnya yaitu boneka Dewi Pek Ku Thay Fud. Layaknya sebuah jelangkung. Konon, dengan boneka tersebut arwah dewi Pek Ku Thay Fud bisa berkomunikasi melalui sebuah pena yang bergerak sendiri di atas lembaran kertas sebagai tempat untuk menulis wejangan kepada pada jemaat yang datang. Namun, menurut Apuk, untuk saat ini, ritual memanggil arwah tidak bisa dilakukan. Hal tersebut terjadi karena salah satu dari dua pemuka wihara yang bisa memanggil arwah telah meninggal dunia beberapa waktu lalu. “Hingga sekarang, penggantinya belum ada. Kebetulan yang bisa melakukan ritual tersebut salah satunya ayah saya. Tetapi beliau sudah meninggal beberapa waktu lalu. Karena harus dua orang maka ritual itu tidak bisa dilakukan. Sudah beberapa orang mencoba tapi hasilnya tidak bisa,” tandasnya. (awr-magang)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: