Pakai Dana PIK, Peserta Senang Bisa Bikin Baju Sendiri

Pakai Dana PIK, Peserta Senang Bisa Bikin Baju Sendiri

CIREBON- Ada yang berbeda dari suasana Kantor Kecamatan Suranenggala, Kabupaten Cirebon, Jumat (2/11) kemarin.  Di aula kantor camat, belasan ibu rumah tangga tampak sibuk bergelut dengan mesin jahit. Beberapa di antara mereka ada yang tengah membuat pola. Ada pula yang sedang menyelesaikan proses pembuatan baju, celana hingga gamis. Mereka tengah mengikuti pelatihan menjahit yang dilaksaanakan Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten Cirebon. Pesertanya adalah emak-emak dari 9 desa yang berada di Kecamatan Suranenggala. Jumlahnya 16 orang. Sedangkan, instruktur 2 orang dari Balai Latihan Kerja (BLK) Plumbon. Salah satu peserta, Tunera (39) warga RT 3 RW 4 Desa Purwa Winangun, tampak semringah. Ya, dirinya ternyata baru saja menyelesaikan gamis hasil karya tangannya sendiri. Ia pun dengan bangga menunjukkan kepada rekan-rekan sesama peserta pelatihan. “Lihat, bagus kan, alhamdulillah selesai juga” ujarnya di tengah keriuhan peserta pelatihan. Tunera wajar berbangga. Pasalnya, sejak lama, ia baru pertama kali menyentuh mesin jahit, hingga akhirnya mampu membuat pola dasar blus, kemeja, rok, celana, hingga pola dasar gamis. Waktu yang diperlukan juga cukup singkat. Hanya 14 hari, atau 2 pekan. Dari total 16 hari yang disiapkan Disnaker. “Rencananya mau bikin celana pas hari terakhir hari Senin sama Selasa besok, kalau hari Sabtu sama Minggu libur,” imbuhnya. Setelah mampu memahami beberapa materi pelatihan, ia ingin menerapkan ilmu dan skill yang didapatkan dalam pelatihan. Jika ada rezeki, ia berkeinginan membeli mesin jahit. Tujuannya sederhana. Agar bisa melayani jika ada tetangga dan warga sekitar yang membutuhkan jasanya. Sekaligus menambah pemasukan keluarga. Apalagi, selama ini, dirinya hanya berdiam di rumah dan mengurus rumah tangga. “Kalau untuk bikin baju si nggak bisa mungkn ya, bertahap lah, untuk nambal baju atau celana yang bolong-bolong saja dulu. Setelah ini mudah-mudahan ada rejeki. Sukur-sukur pemerintah mau bantu mesin. Seken juga nggak papa,” tandasnya lalu tertawa. Sementara, Tini Surtini, warga Desa Karangreja RT 11 RW 04 itu, merasakan hal yang sama. Bersama peserta lainnya, Tini mengaku senang dengan adanya pelatihan tersebut. Dia yang pernah bekerja di pabrik garmen, mengaku mendapatkan lebih banyak pengalaman dan wawasan mengenai menjahit. Kendati masih mengalami kesulitan, mengoperasikan mesin jahit listrik. “Kesulitannya, saya kan biasanya pakai mesin manual, nah ini pakai mesin garmen yang besar jadi agak susah, karena pake listrik. Jadi, jalannya masih belum terlalu lancar, kendalanya di mesin aja,” tuturnya. Meski menghadapi kendala, dirinya bersyukur sudah mampu menguasai beberapa dasar menjahit. Seperti  membuat pola dasar rok, baju, mengukur badan, panjang dan lebar pola, nyekeng atau mengecilkan ukuran baju, serta melubangi kancing. “Saya dulunya memang kerja di garmen, tapi bukan megang mesin jahit tapi Cuma ngukur baju saja sama motong,” sambungnya. Seperti halnya Tunera, ia yang mahir membuat parsel itu juga ingin membuka jasa di rumahnya. Sesegera mungkin, ia membeli mesin jahit dan terus belajar. Sekaligus mencoba menerima pesanan dari warga, tujuannya agar dapat membantu suami, menambah penghasilan. Camat Suranenggala, Indra Fitriani menjelaskan, pelatihan menjahit merupakan hasil musyawarah perencanaan pembangunan (Musrenbang). Sumber dana kegiatan berasal dari pagu indikatif kewilayahan (PIK). Pelatihan serupa digelar rutin setiap tahun. Bentuknya bervariasi sesuai kebutuhan. Seperti tahun lalu, Fitriani mengusulkan pelatihan mengelas untuk pemuda. “Kita koordinasi dengan PKK dan Karang Taruna, apa kebutuhannya, siapa saja yang punya keinginan kuat untuk belajar, tetapi terkendala biaya, kita fasilitasi,” ujar mantan Camat Karangsembung itu. Perempuan yang pernah menjabat Sekretaris Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) dan kini menjadi Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) itu, juga menyebut, warga Kecamatan Suranenggala sangat antusias mengikuti pelatihan. Sehingga ia terpacu untuk melanjutkan bahkan menambah. “Kalau peserta ingin lebih lama pelatihannya sama ditambah pesertanya, ya kita usahakan, yang penting disepakati di Musrenbang, kalau kami hanya memfasilitasi,” terangnya. (day)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: