Sungai Ciwaringin Abrasi, 10 Rumah Warga Terancam

Sungai Ciwaringin Abrasi, 10 Rumah Warga Terancam

MAJALENGKA - Memasuki musim hujan, Pemerintah Desa Parapatan, Kecamatan Sumberjaya, Kabupaten Majalengka, meninjau lokasi abrasi Sungai Ciwaringin di RT 06 RW 03 Blok Lebe. Kepala Desa Prapatan Dedi Suswandi melihat langsung kondisi penahan patok bambu dan batu yang sudah tergerus terseret arus air sungai. Kepala Desa Parapatan, Dedi Suswandi mengungkapkan, sudah berupaya melakukan berbagai langkah. Termasuk tanggap darurat dengan membuat tanggul penahan pascaabrasi Sungai Ciwaringin. Sejumlah bambu dan batu yang tersimpan di dalam puluhan karung yang diletakan di tanggul kondisinya sebagian sudah terseret arus. Dedi khawatir, memasuki musim hujan tahun ini abrasi sungai kembali terjadi karena tanggul yang dibuat tidak bisa menahan derasnya air sungai. “Usulan permohonan bantuan dan perbaikan  sudah dilakukan setiap tahun, termasuk mengajukan ke BBWS. Tetapi sampai saat ini tidak kunjung ada realisasi,” ujar Dedi kepada Radar Majalengka, Selasa (6/11). Diakuinya, pihak BBWS sudah beberapa kali meninjau lokasi, namun tidak pernah ada realisasi. Bahkan, sambungnya, sampel tanah di lokasi abrasi pun diambil untuk diuji lab tentang kadar yang ada di dalam tanah tersebut. Menurutnya, peristiwa abrasi di Blok Lebe itu, sejatinya sudah menjadi bencana tahunan setiap memasuki musim hujan. “Lokasi itu memang sebenarnya sudah masuk kategori rawan abrasi. Kejadian ini sudah  beberapa kali terjadi sejak sebelumnya kondisi tanggul sungai dengan rumah hanya berjarak beberapa meter saja. Sekarang sudah setengah meteran dari rumah warga,” ujarnya. Dari data yang didapat, sebanyak sepuluh rumah milik warga yang berada di Blok Lebe dua di antaranya bagian belakang rumah nyaris tergerus Sungai Ciwaringin. Jika tidak ada penanganan segera, rumah warga tersebut terancam tergerus abrasi saat memasuki musim hujan. Salah seorang warga yang juga tanggul bagian belakang rumahnya tergerus abrasi, Kartini (60) menuturkan, peristiwa tersebut selalu menjadi langganan. Warga yang bermukim dekat tanggul sungai Ciwaringin itu selalu cemas saat memasuki musim hujan. “Kadang sering mendengar suara reruntuhan di belakang rumah saya. Itu karena kondisi tanggul yang dulu masih berjarak beberapa meter antara sungai dengan rumah saya, kini hanya beberapa jengkal saja,” tambahnya. (ono)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: