Jabar Masagi Memperkuat Pendidikan Karakter

Jabar Masagi Memperkuat Pendidikan Karakter

DI bawah kepemimpinan Gubernur Ridwan Kamil, pembangunan di bidang pendidikan memasuki era baru. Dengan diluncurkannya kurikulum Jabar Masagi, yang mengakomodasi kearifan dan muatan lokal ditiap kota/ kabupaten. Untuk diberbagai kota/kabupaten di Jabar diadakan Focus Group Discussion (FDG) Eksternal Jabar Masagi. Untuk Kabupaten Cirebon, Majalengka dan Indramayu diadakan di Amaris Hotel Jalan Siliwangi pada Selasa (13/11). Ratusan guru, Kepala UPTD Pendidikan, komite sekolah, MKKS dan para pengawas SMA/SMK menyambut dengan antusias kegiatan yang pertama kali diikutinya. Selain diberikan materi tentang naskah rasionalisasi oleh Tim Kompetensi Sosial dan Kepribadian (KSK) Jabar Masagi, peserta diajak untuk aktif memberikan pendapat dan masukkan. Semua kemudian didiskusikan dan dikembalikan lagi kepeserta untuk dibahas bersama. Menurut pemateri yang juga tenaga ahli di Disdik Jabar, Sri Mulyono mengatakan, paradigma dan visi pendidikan era saat ini mengalami pergeseran. Paradigma sekarang yang menuju abad 21 yang menekankan pada penguatan nilai-nilai. Pokok pikiran yang fundamental dari UU Sistem Pendidikan Nasional 20/2003 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya. Ini seiring dengan  visi Jawa Barat yang menuju \"Jawa Barat Juara Lahir dan Batin\". \"Namun demikian, pendidikan karakter tidak bisa dilakukan secara instan tetapi harus dibiasakan dengan implementasi langsung yang dicontohkan oleh pendidik dalam aktivitas kesehariannya. Baik di sekolah maupun di rumahnya,\" jelasnya. Dia mengambil contoh, kepala sekolah atau guru melarang siswa merokok, larangan itu sebenarnya juga berlaku untuknya juga. Balaikota di rumah apalagi dilingkungan sekolah. Jadi pendidikan karakter yang ingin diterapkan harus juga dilaksanakan oleh para pendidik. Sehingga siswa yang saat ini sudah kritis dalam mengemukakan pendapat, bisa dengan ikhlas menjalankannya. Dia juga mengharapkan, kurikulum Jabar Masagi ini bisa diisi dengan kearifan lokal tiap daerah. Misalnya di Indramayu sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai, siswa membaca Alquran terlebih dahulu. \"Jawa Barat ini juga memiliki bahasa daerah yang tidak semuanya Sunda, di Cirebon sendiri dikenal bahasa Cirebonan. Ini bukan hanya untuk diajarkan saja, tapi bisa menjadi bahasa pengantar pada mata pelajaran bahasa daerah itu,\" terangnya. Sementara pengawas Disdik Jabar, Dian Peniasiani menambahkan, pendidikan Jabar Masagi itu didasari dengan proses penguatan pendidikan karakter. Kurikulum Pendidikan Masagi mencakup 4 hal, yaitu materi tentang bela agama, bela negara, bela budaya Jabar dan cinta lingkungan, termasuk juga ramah terhadap anak. \"Disdik sudah menggulirkan program sekolah ramah anak. Sehingga program sekolah ramah anak ini bisa mencegah terjadinya berbagai kekerasan. Apakah kekerasan seksual, kekerasan verbal dan kekerasan lain seperti bullying dan sebagainya,\" paparnya. Ditegaskannya, kurikulum 2013 perlu diterapkan pendidikan wawasan, keterampilan, dan pendidikan karakter. FGD ini digelar untuk menerima masukan mengenai pendidikan karakter sesuai dengan kebutuhan dan konteks di masing-masing daerah. Pada FGD ini diharapkan dapat merumuskan nilai-nilai budaya daerah, untuk diterapkan di sekolah. Tetapi, masih berkesinambungan dengan kurikulum yang berlaku. Pendidikan karakter tersebut sebenarnya telah berjalan, tetapi terus dikembangan dengan program Jabar Masagi ini, sesuai dengan kearifan lokal yang ada. Tahapan selanjutnya dari hasil diskusi tersebut nantinya akan dijadikan resume untuk dikirimkan kepada tim ahli Provinsi Jawa Barat. Kemudian, akan dikaji kembali di sekolah-sekolah yang bersangkutan. Penetapan tersebut diupayakan akan secepatnya dilaksanakan setelah adanya deklarasi dari pemerintahan provinsi. Grand design yang menekankan nilai pendidikan karakter. Caranya, dengan mengembalikan pendidikan budi pekerti yang bisa berdampak pada akhlak sosial yang mengandung keluhuran nilai-nilai kearifan lokal. ”Tentunya nilai kearifan lokal tersebut yang sesuai dengan kebutuhan dan konteks budaya dari masing-masing wilayah di Jawa Barat sebagai pijakan jati diri dengan keterampilan abad 21 untuk kemajuan generasi muda Jawa Barat ke depan,” papar Ifa kepada Jabar Ekspres (Radar Cirebon Group), belum lama ini. Ifa menungkapkan, Jabar Masagi tidak hanya untuk Kota Bandung. Sebab, Jawa Barat terdiri atas 27 kabupaten/kota dan memiliki karakteristik budaya lokal yang berbeda satu sama lain. Setiap budaya lokal harus dihargai setara bukan untuk digantikan atau menggantikan, untuk saling melengkapi. Keberagaman budaya lokal yang berbeda-beda adalah kekuatan dari Jawa Barat. \"Kita tidak boleh melakukan diskriminasi dengan menenggelamkan budaya lokal daerah tertentu dan meninggikan budaya lokal lainnya. Sebab, itu sama artinya menghilangkan jati diri dan melukai identitas sesama saudara kita di Jawa Barat,\" ungkapnya. Karena awalnya program ini diterapkan di Kita Bandung dan sekarang harus diterapkan di Jabar, dimaklumi akan membutuhkan waktu. Oleh karenanya, sosialisasi dengan FGD ini sebagai jawabannya. \"Dengan begitu, lanjutnya, Program Pendidikan Pemprov Jawa Barat yang mencanangkan target nilai Angka Partisipasi Kasar (APK) pendidikan menengah di tahun 2020 sebesar 90 persen dapat tercapai,\" pungkasnya. (gus)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: