Iran Optimis Hadapi Sanksi AS
TEHERAN - Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mengatakan jika negaranya, tidak cuma mampu bertahan dari sanksi Amerika Serikat (AS) yang baru saja diterapkan atasnya, tetapi juga akan berkembang, demikian The Guardian melansir (20/11). Seperti diketahui, administrasi Trump telah mengumumkan sanksi bulan ini, yang meliputi perbankan, ekspor dan pengiriman minyak, bertujuan memaksa Teheran agar menghentikan kegiatan destabilisasi di Timur Tengah. \"Kami sudah terbiasa dengan tekanan dan kami terbiasa menahan tekanan. Sanksi itu selalu menyakitkan, merugikan orang biasa,\" kata Zarif setelah pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Inggris di Teheran. Akan tetapi, menurut pria 58 tahun itu, sanksi yang kerap dikeluarkan negara super power itu, jarang mampu mengubah kebijakan sebuah negara, dan inilah, menurut Zarif, yang menjadi masalah dengan sanksi-sanksi Amerika Serikat selama ini. Dan bahwa sanksi-sanksi itu tidak mendukung adanya perundingan, malah justru, kata mantan Duta Besar Iran untuk Amerika Serikat itu, membuat mereka lebih bertekad untuk melawan. \"Kami pasti akan mampu bertahan. Tidak hanya bertahan, kami akan berkembang. Kami telah mencoba untuk meminimalkan dampaknya pada populasi, tapi orang biasa dan perekonomian akan menderita,\" katanya. Kepada The Guardian, ayah dua anak itu juga mengatakan akan keyakinannya terhadap industri minyak Iran, yang akan menemukan pasarnya. Meskipun harus diakuinya, langkah-langkah AS telah mendorong nilai ekspor turun drastis. \"Akan selalu ada pasar untuk minyak, semua itu tergantung pada kondisi dan harga (yang kita tawarkan). Saya percaya Iran akan selalu mampu menjual minyaknya,\" kata pria kelahiran Teheran 1960 itu. Pria jebolan San Francisco State University itu juga menantang klaim menteri luar negeri AS, Mike Pompeo, yang mengatakan bahwa sanksi tersebut adalah pengecualian terhadap beberapa jenis komoditi seperti makanan dan obat-obatan. AS tidak memenuhi janji-janjinya. \"Kami meyakini jika semua sanksi itu melanggar hukum, dan bertentangan dengan resolusi dewan keamanan PBB. AS bahkan tidak jujur dengan komitmen yang mereka buat,\" tegas Zarif. Tidak lupa pula ia menyampaikan rasa frustasinya terhadap lambannya langkah Uni Eropa dalam membantu perusahaan-perusahaan Eropa, yang ingin melanjutkan kerja sama dagang mereka dengan Iran. Di Yaman, tempat Iran dituduh mengobarkan api perang saudara, dengan mendukung pemberontak Houthi. Zarif menegaskan bahwa negaranya sudah sejak lama mendorong aksi gencatan senjata. (ruf/fin)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: