Tidak Ada Kontribusi, Kuwu Warning Pengelola Pasar Rakyat Waled

Tidak Ada Kontribusi, Kuwu Warning Pengelola Pasar Rakyat Waled

CIREBON-Kuwu Desa Gunungsari Yoyo Sudaryo berang. Ia mengkritik sistem dan tata kelola Pasar Rakyat Waled (PRW) yang keseluruhan bangunannya menempati tanah milik Desa Gunungsari. Namun sampai sekarang belum kunjung memberikan kontribusi positif untuk masyarakat ataupun Pemerintah Desa Gunungsari. Menurut Yoyo, sejak diresmikan, grafik dari pasar rakyat tersebut terus mengalami penurunan dan sampai sekarang malah kosong melompong. Tak ada aktivitas sejak diresmikan pada awal tahun 2018 lalu. “Yang jadi persoalan adalah sampai saat ini belum dibahas apa hak kami sebagai pemilik lahan. Dan apa kewajiban pengelola yang sampai saat ini belum memberikan kontribusi untuk desa,” ujar Yoyo, kemarin. Pun ketika pasar mengalami permasalahan ditinggal para pedagang karena dinilai tidak strategis, pengelola tidak kunjung meminta sarana ataupun pemberitahuan kepada pemdes terkait kondisi pasar yang ada saat ini. “Sekalipun belum pernah saya diundang, atau saya dimintai pendapat, yang ada sekarang pengelola terlihat tanpa koordinasi. Jalan sendiri, meskipun pada dasarnya tidak ada kegiatan yang berjalan. Ini sudah lebih dari 10 bulan pasar vakum, lalu mau sampai kapan?” imbuhnya. Karena kondisi yang terjadi saat ini sudah kritis, pihak pemdes menurut Yoyo, akan segara menyurati dinas dan pengelola untuk menanyakan perkembangan pasar dan rencana pasar saat ini mau diapakan. Menurutnya, kondisi yang terjadi saat ini tidak boleh dibiarkan berlarut-larut dan merugikan semua pihak. “Saya mengerti jika pengelola mengklaim merugi. Tapi yang jelas, tentu desa juga dirugikan. Masyarakat dirugikan karena tidak merasakan manfaatnya. Dan yang paling penting, pasar ini dibangun dengan anggaran pemerintah, untuk tujuan yang sampai saat ini tidak bisa dilakukan oleh pengelola. Ini peringatan dari saya,” jelasnya. Sementara itu, Pengelola PRW Andi kepada Radar menuturkan, seiring dengan perbaikan jalan yang dilakukan, pihaknya kini tengah menyusun strategi untuk kembali mendongkrak minat para pedagang berjualan kembali di pasar tersebut. “Kalau dulu vakum, itu kan salah satu alasannya akses jalan yang buruk. Terlebih lagi di musim penghujan. Sekarang kan bisa dilihat sendiri. Jalan meskipun belum selesai, sudah bagus dan layak. Jalur yang menuju pasar sudah dibeton,” ujar Andi. Dia pun sudah membentuk tim untuk berkoordinasi dengan para pedagang yang sudah mendaftar sebelumnya. Bahkan, ia sudah menyiapkan skenario andai para pedagang yang sudah mendaftar tetap tidak ingin masuk berjualan di PRW. “Kita akan konfirmasi terlebih dahulu ke para pedagang. Maunya bagaimana? Kalau mau terus berjualan, kami persilakan dan akan kami berikan banyak kemudahan. Jika tidak, maka ada opsi untuk merangkul pedagang baru,” imbuhnya. Pihaknya optimis bisa membuka kembali PRW tersebut dan ke depan potensi pasar untuk berkembang lebih besar, setelah ada perbaikan jalan. Terlebih, pihaknya tidak sedikit uang untuk menginvestasikan dana dan anggaran koperasi untuk pembuatan bangunan tambahan di sekitar bangunan utama. “Kita juga sudah investasi di pasar tersebut. Itukan untuk buat kios keliling pasar yang menempel di pagar kan menghabiskan uang yang tidak sedikit. Tentu ini akan kita seriusi. Kan tujuan akhir kita pasar ini akan membawa manfaat untuk warga sekitar,” jelasnya. Terpisah, tokoh masyarakat Waled, Iwan Setiawan mengatakan, jika sampai saat ini keberadaan pasar belum membawa manfaat untuk warga sekitar atau desa setempat yang lahannya digunakan untuk bangunan pasar. “Menurut saya, ini permasalahannya di pengelolaan. Harusnya ketika membangun pasar tentu sudah melakukan analisa. Ada hitung-hitungannya bukan? Kalau sampai ditinggal pedagang, berarti kan ada hitungan yang tidak sesuai. Sampai sejauh ini, belum ada dampaknya untuk masyarakat, apalagi untuk desa pemilik lahan,” ungkapnya. (dri)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: