Usaha Budidaya Udang Vannamei, KKP: Paling Siap di Era Revolusi Industri 4.0

Usaha Budidaya Udang Vannamei, KKP: Paling Siap di Era Revolusi Industri 4.0

Popularitas budidaya udang vannamei semakin meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Keberadaannya mampu menyaingi bahkan menggeser budidaya udang windu, yang telah menjadi idola para pelaku bisnis sejak bertahun-tahun yang lalu. Hal ini sangat positif bagi perkembangan bisnis budidaya udang di Indonesia, yang terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Menurut Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan, Dr. Ir Slamet Soebjakto. M.Si, budidaya udang merupakan usaha di bidang akuakultur yang paling siap memasuki era industri 4.0. Apalagi, potensi sumber daya akuakultur Indonesia sangat besar, yang diperkirakan memiliki nilai ekonomi langsung sebesar USD 250 miliar pertahun. https://twitter.com/Supm_Bone/status/1070510353040044032 “Kita memiliki potensi lahan efektif budidaya air payau seluas 2,8 juta hektare, Namun pemanfaatannya diperkirakan baru sekitar 21,64 % atau seluas 605.000 hektare, dimana dari luas tersebut, pemanfaatan lahan tambak produktif untuk budidaya udang diperkirakan mencapai 40 persen atau baru 242.000 hektare saja,” kata Slamet dalam sambutannya untuk acara talkshow tentang bisnis budidaya udang vannamei yang digelar oleh startup Mina Indonesia di Hotel Maxone Rawamangun, Jakarta Timur, pada Kamis (13/12). “Potensi yang sangat besar itu, jika mampu dimanfaatkan secara optimal akan mendongkrak konstribusi terhadap PDB Indonesia dimana sebagai gambaran tahun 2017 kontribusi sektor ini baru mencapai 2,57 persen terhadap PDB Indonesia”imbuhnya. https://twitter.com/Arashastore/status/1070522462272548865 Slamet melanjutkan, BPS mencatat ekspor udang Indonesia dalam lima tahun terakhir tumbuh rata-rata 6,43 persen. Sedangkan menurut catatan KKP, volume ekspor udang hingga akhir tahun 2018 diyakini naik dari 147 ribu ton pada tahun 2017 menjadi 180 ribu ton. Sedangkan nilai ekspor naik dari USD 1,42 miliar tahun 2017 menjadi USD 1,80 miliar. “Dalam lima tahun terakhir perkembangan volume produksi udang nasional memperlihatkan tren pertumbuhan yang positif dengan pertumbuhan rata-rata per tahun sebesar 15,7 persen.” Potensi yang sangat besar di sektor budidaya udang inilah yang perlu dimanfaatkan oleh Indonesia. Apalagi, Indonesia menjadi satu-satunya negara produsen udang yang dinyatakan terbebas dari wabah EMS (Early Mortality Syndrome) yang telah mengakibatkan kerugian ekonomi besar dalam bisnis perudangan global. Caranya adalah dengan pengelolaan proses produksi budidaya udang yang efisien, bertanggung jawab, dan berkelanjutan. “Ada dua faktor utama untuk menciptakan daya saing produk udang nasional yakni bagaimana menciptakan efisiensi produksi, dan keterjaminan mutu atau food safety,” jelas Slamet. Slamet mengingatkan, Indonesia kini dihadapkan pada etape baru perkembangan teknologi informasi yang sangat dinamis, atau yang disebut dengan industri 4.0. Slamet menegaskan, bahwa agar bisa terus bersaing secara global, sektor akuakultur terutama bisnis budidaya udang di Indonesia harus terus memanfaatkan perkembangan informasi teknologi. “Upaya mentransformasi bisnis akuakultur ke dalam bagian industri 4.0, diharapkan akan memberikan solusi terbaik khususnya dalam membangun sebuah sistem produksi yang lebih efisien dan terukur mulai dari aspek teknis, manajemen, dan penguatan SDM,” tutupnya. Terpisah, Tenaga Ahli Kedeputian V Kantor Staf Presiden (KSP) Riza Damanik menyatakan, ini menjadi kesempatan karena selain pasar global beri sinyal positif, juga persentase ekspor udang cukup besar. “Secara proporsional dalam 10 tahun sampai 15 tahun terakhir 30 – 50 persen pasar ekspor perikanan kita dari udang,” ujarnya. Selaku Ketua Umum Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI),Riza turut menambahkan dengan adanya sinyal positif ini, maka dari dalam negeri ada kesempatan agar bisa akselerasi tambak udang rakyat. “Pada kesempatan tersebut, nantinya melalui skema perhutanan sosial, di mana target 2019 sebanyak 12 juta hektar lebih dimanfaatkan dalam membuka akses ke masyarakat,” lanjutnya. Selain itu menurutnya, masih ada perhutanan sosial yang dapat dimanfaatkan berupa hutan pesisir di pantai utara dan selatan Jawa yang selama bertahun-tahun dirusak. Dengan skema tersebut, ia berharap hutan pesisir bisa pulih dan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat, salah satunya melalui budidaya udang. Menurutnya terdapat dua kombinasi yang dapat dioptimalkan untuk kegiatan pertambakan udang rakyat yakni dengan skema ekspansif dan optimalisasi. “Artinya di daerah potensial, lingkungan bisa dipulihkan bisa jadi tambak udang tradisional. Kedua optimalisasi, di tambak existing dengan produktivitas rendah bisa ditingkatkan dengan model organik,” terangnya. Sepanjang tahun 2017, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mencatat peningkatan tren ekspor produk perikanan. Selama 11 bulan di tahun 2017, angka ekspor naik USD310 juta atau mencapai 8,2%. Selain itu, tren nilai ekspor Januari-November 2016-2017 menunjukkan, ekspor komoditas utama juga mengalami kenaikan. Udang mengalami kenaikan 0,53 persen, tuna tongkol cakalang 18,57 persen, rajungan dan kepiting 29,46 persen, cumi sotong gurita 16,54 persen, rumput laut 23,3 persen, dan lainnya naik 3,61 persen. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: