Pasokan Jagung Mulai Langka

Pasokan Jagung Mulai Langka

JAKARTA-Bulan Desember, pasokan jagung nasional ke peternak sudah mulai menipis bahkan langka. Siklus ini seperti selalu berulang setiap tahunnya, tanpa adanya suatu solusi dari pemerintah atau dalam hal ini Kementerian Pertanian (Kementan). Kondisi itu, sudah dipahami oleh para industri yang melakukan stok jagung selama tiga bulan. Hal ini karena di bulan Desember dan Januari bukan masa panen. Sehingga di pasaran persedian jagung terbatas. Impor jagung pun seolah tidak berpengaruh. Sekalipun impor ditambah menjadi 1 juta ton, harga tetap tinggi. Sebelumnya, sebanyak 70 ribu ton jagung impor masuk Indonesia pada pekan lalu. “Mau di kemanain hasil panen Februari nanti. Jadi kita fair karena apa? kita harus duduk (antara Kementan dan petani-red). Kami petani tidak ingin harga tinggi, sekarang harga tinggi kasihan peternak,” kata Ketua Asosiasi Petani Jagung Indonesia (APJI), Sholahuddin saat dihubungi Fajar Indonesia Network (FIN), Senin (17/12). Lebih lanjut, dikatakan Sholahuddin, dirinya khawatir sekarang ini harga begitu tinggi sekitar Rp6.000-Rp6.100, sehingga memberatkan peternak. Begitupun panen nanti harga rendah, akan membuat petani malas untuk menanam jagung. “Nanti ke depan siapa yang menghasilkan jagung untuk pakan ternak mereka,\" ujarnya. Dia mengusulkan, untuk mengatasi persoalan jagung adalah tidak hanya membenahi masalah sektor hulu, hilirnya saja tetapi ada peran pemerintah dengan menjamin soal pembelian hasil panen petani. “Sehingga panen raya nanti ada jaminan. Ya ada peran pemerintah, dalam hal ini pembelian bisa melalui Bulog atau apa, sehingga ada jaminan dibeli itu lebih jelas. Dan, stok jagung nasional pun bisa terjaga dengan baik dan terukur,”  ucapnya. Sekretaris Direktur Jenderal Kekayaan Negara (Sesditjen) Tanaman Pangan Kementerian Pertanian, Maman Suherman mengklaim, pasokan jagung di beberapa sentra masih aman, seperti di Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Lampung, dan Sumatera Utara. Daerah itu sampai saat ini masih melakukan panen. “(Bulan Januari) untuk pakan ternak masih ada panen,\" katanya. Maman memperkirakan produksi jagung pada bulan Desember sebesar 1,6 juta ton, Januari 1,4 juta ton, dan Februari 3,9 juta ton. Soal harga jagung naik? dia menjelaskan karena waktu panen yang berbeda beda dan tersebar di beberapa daerah. “Karena waktu panen berbeda setiap sentra, dan lokasi tersebar perlu kelancaran distribusi,” tuturnya. Sementara, Pengamat Pertanian jebolan ITB, Juli Julianto mengatakan, persoalan jagung ada di masalah data yang masih amburadul. Dia pun meminta pemerintah harus mencari jalan keluar yang permanen. Namun untuk mendongkrak produksi suatu keniscayaan. “Selama ini produksi (jagung) tidak kontinyu sepanjang tahun, padahal di sisi lain kebutuhan pakan ternak akan selalu ada. Jadi caranya adalah bagaimana stok jagung untuk pakan selalu ada sepanjang tahun,” ujarnya. Menurutnya, pasokan jagung hingga akhir Desember tidak habis. Namun, katanya, akan ada penurunan produksi, ini karena baru memasuki musim tanam. Sama dengan padi masuk musim panen. “Kalau Bulog impor jagung, sepertinya itu rencana atau keputusan pemerintah beberapa waktu lalu yang mungkin baru terealisisasi. Bisa juga jagung impor Bulog itu untuk mengganti jagung milik perusahaan pakan yang pemerintah pinjam beberapa waktu lalu,” ungkapnya. Lantas bagaimana agar jagung tersedia sepanjang tahun? menurut dia itu tugas pemerintah. Apakah menjadikan Bulog sebagai penyangga jagung, seperti beras. “Saat panen jagung banyak, Bulog bisa membeli jagung petani dan menyimpan sepanjang buffer stok. Nah setelah panen menipis, bisa digelontorkan untuk peternak unggas,” pungkasnya. (din/fin)  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: