Waspada! Potensi Puting Beliung Masih Besar

Waspada! Potensi Puting Beliung Masih Besar

CIREBON-Angin puting beliung berpotensi besar masih bisa terjadi di wilayah Cirebon selama cuaca musim hujan. Forescaster BMKG Jatiwangi Ahmad Faa Izyn mengatakan terjadinya angin puting beliung di wilayah Pangurangan, Kabupaten Cirebon, tergolong angin yang kencang. Karena itu, BMKG pun kembali meminta warga waspada. Ia menuturkan pihaknya sebetulnya sudah mengingatkan warga terkait potensi puting beliung. Terutama selama masa transisi pancaroba atau perubahan musim dari kemarau kemusim hujan. Pada perubahan musim itu biasanya berpotensi terjadi puting beliung. “Dan puting beliung biasanya terjadi pada sore hari,” ucap pria yang akrab disapa Faiz itu. Dan saat ini baru memasuki puncak musim hujan, lanjut Faiz, maka potensi puting beliung masih tetap besar. Bisa terjadi hingga masa musim hujan berakhir bulan April mendatang. Sejauh ini, bulan Januari-Februari sendiri terjadi puncak musim hujan. \"Puting beliung itu terjadi karena adanya awan konvektif atau awan hujan yang berwarna hitam atau cumolonimbus yang berada dekat dengan daratan,” ujarnya. Sebagai antisipasi, lanjut Faiz, pertama agar warga memerhatikan kondisi di lingkungan sekitar masing-masing. Apalagi ada pohon yang rimbun, hendaknya dipangkas. Ini untuk meminimalisasi terjadi pohon tumbang. Selian itu, selalu memerhatikan potensi awan hitam. Masyarakat bisa mengenalinya dengan tanda awan hitam yang berbentuk corong spiral, angin berputar serupa belalai gajah dan dalam posisi cukup dekat dengan dataran. “Jika melihat awan yang mengeluarkan bentuk sepetri itu dan berputar anginnya, segera masuk rumah. Tapi bila rumah juga tak aman, maka keluar dan hindari track jalur puting beliung,” lanjut Faiz. Dia pun menyarankan warga tidak mengamati langsung puting beliung. “Karena itu bergerak. Walaupun durasi hitungan beberapa menit, tapi gerakannya cepat. Jadi  bila sudah melihat awan menjulurkan angin ke bawah, segera masuk rumah atau menjauhi area yang dilalui puting beliung,” pesannya. Dijelaskan Faiz, angin puting beliung memiliki kecepatan 40-50 knot atau 80-100 Km per jam. “Batasnya 40-50 knot atau 80-100 Km per jam. Makanya bisa mengangkat genteng ataupun atap rumah. Dan itu berbahaya. Sekali lagi, pertumbahan awan konvektif berbanding lurus dengan puncak musim hujan. Karena ini masuk puncak musim hujan, maka potensi puting beliung bisa terjadi kapan pun,” pungkasnya. \"\"Terpisah, Kuwu Panguragan Kulon Nono Subina mengatakan angin puting beliung yang melanda desanya merupakan terbesar yang pernah terjadi dan ia rasakan langsung. Nono mengaku dirinya termasuk salah satu korban ganasnya angin puting beliung. Meski rumahnya tak mengalami kerusakan yang parah, dirinya menyebut kerugian akibat peristiwa yang terjadi mencapai lebih dari Rp500 juta. Kuwu yang masa jabatannya berakhir tanggal 4 Januari 2019 itu menceritakan kronologi ketika puting beliung melanda. Sekitar pukul 16.00, diceritakan Nono, dirinya sedang berada di rumahnya di Blok 1, Desa Panguragan Kulon. “Anak saya teriak, ayah, ayah, ada angin besar di luar,” tukasnya menceritakan yang disampaikan oleh anaknya. Mendengar hal tersebut, sontak ia bersama sang istri yang sedang mengandung 9 bulan berlarian keluar rumah untuk menyelematkan diri. “Waktu kejadian di rumah ada 5 orang. Saya, istri, anak saya, orang kerja saya, dan ketua BPD,” bebernya. Selain dirinya, tetangga dan warga sekitar turut berlarian menjauh dari pusaran angin yang semakin menjadi-jadi. “Tetangga pada lari menjerit,” lanjutnya. Nono merasa bersyukur karena anggota keluarganya tidak ada yang menjadi korban seperti belasan warga lain. Lebih lanjut ia menganggap kejadian yang melanda dirinya dan masyarakatnya merupakan cobaan dari yang Maha Kuasa. “Seumur-umur saya baru merasakan seperti ini. Kata orang yang umur 60-70, juga baru pertama kejadian di Panguragan Kulon seperti ini. Mudah-mudahan keluarga dan masyarakat diberi kesehatan,” ujarnya. Sementara itu pengasuh dan pemilik Musala Riyadul Athfal, Asnawi, saat ditemui di sekitar lokasi mengatakan bencana yang melanda desanya seperti halnya kiamat. Pada saat kejadian, azan tidak henti-hentinya dirinya kumandangkan. Selain sebagai tempat ibadah, musala tersebut juga menjadi tempat mengaji anak-anak TPA maupun TPQ masyarakat sekitar. “Waktu itu seperti kiamat saja. Menyeramkan. Murid yang sudah datang untuk mengaji ada 4 orang dengan ditemani orang tuanya. Melihat angin yang besar, langsung saya suruh pulang dan saya azan. Setelah itu saya pergi ke belakang rumah untuk menutup dan menahan pintu dapur agar anginnya tidak masuk,” paparnya. Seperti diberitakan, puting beliung melanda wilayah Panguragan pada Minggu (30/12). Selain Panguragan Kulon, juga menerjang Desa Kalianyar. Di Panguragan Kulon menerjang rumah-rumah warga Blok 1, 2, 3, dan 4. Sementara di Kalianyar, menerjang rumah-rumah warga di Blok I. Salah satu rumah yang rusak parah adalah milik keluarga Suheryanto. Di rumah yang ada di Blok 4 Karang Moncol itu, anak Suheryanto bernama Herdi Yanto (4,5), meninggal dunia. Balita itu tak tertolong setelah tertimpa reruntuhan bangunan. Tak hanya itu, keluarga Suheryanto lainnya juga mengalami luka. Yakni istrinya Dayanti dan bayi mereka yang baru berusia 6 hari. (jml/ade)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: