Imbas Musibah Puting Beliung, Empat Kepala Keluarga Huni Satu Tenda Darurat

Imbas Musibah Puting Beliung, Empat Kepala Keluarga Huni Satu Tenda Darurat

CIREBON-Musibah puting beliung yang menimpa warga Panguragan, Kabupaten Cirebon menyisakan berbagai persoalan baru. Empat Kepala Keluarga (KK) yang terdiri dari delapan anggota keluarga di Blok 3 Desa Panguragan Kulon, menempati satu tenda pengungsian. Dua di antaranya sedang hamil. Kondisi itu menimpa keluarga Satiri (50). Saat bencana melanda, angin memporak-porandakan tempat tinggalnya. Rumahnya menjadi salah satu dari enam rumah yang mengalami kerusakan paling parah. Kini, Satiri tinggal bersama anak, cucu dan menantunya di tenda dengan ukuran sekitar 3x3. Saat ditemui di lokasi berdirinya tenda, di atas bangunan rumahnya yang runtuh, ia tidak kuasa menahan rasa sedih. Di antara bantuan yang paling diharapkan, adalah perbaikan rumah. Satiri telah bercerai dengan suaminya beberapa tahun lalu. Untuk mencukupi kebutuhan, ia bekerja sebagai penjual makanan keliling. Besarnya angin kala itu, menghempaskan gerobak beserta barang dagangan yang ia jajakan untuk kebutuhan hidup sehari-hari.  “Dagang ubi, kerupuk, gorengan, keliling kampung. Pada saat anginnya datang, gerobak kebawa enggak tahu ke mana,” ujarnya dengan wajah memelas saat ditemui di lokasi, kemarin (2/1). Di antara anggota keluarganya yang lain, di tenda tersebut Satiri bersama anaknya yang sedang mengandung usia sembilan bulan, Mariah (28). Senada dengan ibunda, menjelang masa kelahiran, Mariah ingin segera menempati hunian yang layak. Mengingat musim hujan yang mulai memasuki puncaknya. “Kata dokter, melahirkan bulan ini. Takut tinggal di sini. Apalagi kalau hujan nggak kebayang gimana,” tukasnya. Selain Mariah, anak Satiri yang juga sedang hamil adalah Anisa (18). Di usia kandungan lima bulan, Anisa mengaku sangat membutuhkan uluran tangan untuk meringankan beban keluarganya. “Sementara ini, baru bantuan makanan dan matras. Di sini tinggal 8 orang dan ada Regin Raisal balita usia 3,5 tahun. Semoga aja cepat mendapat perhatian untuk keluarga saya,” harapnya. Senada, menantu nenek Satiri, Rosyid (32) mengatakan, tidak bisa mencari nafkah seperti biasanya. Hal itu dikarenakan dirinya masih trauma dengan kejadian puting beliung akhir tahun kemarin. “Saya bekerja sebagai petani. Sehari kadang dapat Rp60 sampai 70 ribu, gak menentu. Sekarang si yah begini saja. Mau kerja juga masih kepikiran keluarga di sini,” ujarnya. Lebih lanjut dikatakan Rosyid, sudah ada beberapa dari pihak pemerintah yang telah mengunjungi rumahnya dan berencana akan memberikan bantuan renovasi. Dirinya pun merasa berterima kasih dan berharap bantuan tersebut segera dia terima dan terlaksana. “Bilangnya dapat renovasi. Tapi gak tahu kapan. Pengennya dipercepat, sedangkan di sini tidurnya berdesak-desakan. Ya namanya orang ga punya, kalau tidak tinggal di sini mau tinggal di mana lagi,” ujar Rosyid. (ade)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: