Bangkok Diselimuti Asap Pembunuh

Bangkok Diselimuti Asap Pembunuh

BANGKOK - Udara Bangkok telah menjadi ancaman serius bagi kesehatan. Tingkat polusi yang disebabkan oleh kabut asap di atas kota itu melonjak di beberapa bagian dan mencapai delapan kali lebih tinggi daripada batas aman. Para pejabat telah memperingatkan, awan polusi campuran mematikan partikel debu halus dan polusi udara telah menjadi ancaman serius bagi kesehatan. Situs web pemantauan kualitas udara aqicn.org dan airvisual.com, keduanya mematok polusi ibukota pada tingkat tidak sehat pada Minggu dan Senin. Tetapi Straits Times melaporkan, beberapa distrik seperti Bang Khen berada pada tingkat berbahaya. Senin (14/1), hasil pengukuran kualitas udara mengejutkan dengan mencapai 394 mikrogram per meter kubik, jauh melampaui batas 50 yang dapat diterima. Kelompok lingkungan Greenpeace mengatakan, Bangkok saat ini adalah kota ke 10 paling tercemar di dunia, menyaingi beberapa kota di Tiongkok. Kabut asap berasal dari pembakaran jalan-jalan di Bangkok. Pembakaran ladang dari petani di luar kota, dan polutan dari pabrik setelah melonjaknya proyek-proyek konstruksi yang didanai oleh Tiongkok. Untuk membersihkan polusi cepat, pemerintah akan mengerahkan pesawat penghasil hujan ke awan dengan menyebarkan bahan kimia ke udara untuk membantu kondensasi. Secara teori, teknik modifikasi cuaca akan menghasilkan hujan, yang akan membantu membersihkan langit. \"Departemen Royal Rainmaking dan Aviation Pertanian mengharapkan, rain making dilakukan besok (hari ini, red) tetapi tergantung pada angin dan tingkat kelembaban,\" kata Direktur Jenderal Departemen Pengendalian Pencemaran Thailand, Pralong Dumrongthai. Para ahli kesehatan mengatakan polusi adalah pembunuh diam-diam, yang pada tingkat saat ini sangat berbahaya bagi siapa pun yang melangkah keluar. Mereka mengatakan biaya perawatan orang bisa mencapai jutaan dolar. \"Polusi udara benar-benar silent killer dan banyak orang Thailand meremehkan bahaya ini bagi kesehatan mereka. Tidak banyak orang melindungi diri mereka dengan mengenakan masker muka atau memasang pembersih udara di rumah,\" kata profesor ekonomi di Universitas Kasetsart Bangkok, Witsanu Attavanich. Sementara, Direktur Greenpeace Thailand, Tara Buakamsri mengatakan, tindakan segera harus diambil pihak berwenang, seperti mengurangi jumlah mobil dan menutup sekolah di daerah-daerah berisiko tinggi. \"Masalah polusi semakin sering terjadi di Bangkok. Kami membutuhkan manajemen kualitas udara yang lebih cerdas,\" pungkasnya. (der/fin)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: