Jelang Imlek, Vihara Dharma Suka Di Desa Weru Kidul Rutin Bersih-bersih

Jelang Imlek, Vihara Dharma Suka Di Desa Weru Kidul Rutin Bersih-bersih

CIREBON-Menjelang Tahun Baru Imlek 2570 yang jatuh pada 5 Februari 2019, petugas dan pengurus yang bernaung dalam keluarga besar Vihara Dharma Suka Di Desa Weru Kidul, Kecamatan Weru, Kabupaten Cirebon telah melakukan kegiatan bersih-bersih Patung Artha, dan lingkungan di sekitaran altar. Dengan hati-hati, pengasuh menurunkan patung Dewa Fuk Dhe Min Wang. Patung lainnya berusia 600 tahun, yaitu Dewa Fuk Dhe Min Wang. Dewa ini dipercaya warga Tionghoa sebagai dewa pembawa rezeki. Ketua Yayasan Vihara Dharma Sukha, Kusnadi, menyampaikan, jelang Imlek, selain dibersihkan, patung tersebut juga harus diganti jubahnya. “Tahap bersih-bersih telah kita lakukan, atap ruangan sembahyang juga sudah kita bersihkan,” kata Kusnadi kepada Radar Cirebon. Vihara ini merupakan saksi sejarah ratusan tahun sejak masa kolonial Belanda. Menurutnya, usia vihara ini adalah 630 tahun. Hal ini bisa dilihat dari ukiran yang terletak pada kayu atap. “Lebih tua dari Klenteng Jamblang ataupun Welas Asih, dan hampir setara dengan Klenteng Talang,” ungkapnya. Menurutnya, tiap perayaan Imlek, tidak ada yang bisa diharapkan lebih jauh dari jumlah pengunjung yang datang. \"Paling maksimal yang datang hanya 10 orang,  mereka warga sekitar yang  tersisa, dan ada juga dari Kota Cirebon. Tapi meski begitu kita selalu persiapan sejak jauh-jauh hari, termasuk membersihkan vihara ini,” jelasnya. Kusnadi menambahkan, sepinya pengunjung tak lantas membuat yayasan malas untuk melakukan rangkaian kegiatan jelang Imlek. “Kemarin-kemarin kita sembahyang jelang Imlek, di antaranya sembahyang menghantar dewa pergi ke langit,” ucapnya. Dikatakannya, biasanya di klenteng ini terdapat tiga warga agama yang sembahyang, yaitu Konghucu, Buddha dan Tao. Agama Tao lah yang kini perlahan mulai sedikit menurun pengikutnya. “Banyak yang pindah agama, sebagian besar ke Nasrani. Klenteng ini memang memungkinkan jadi tempat sembahyang tiga agama, bagi warga Konghucu, Tao ataupun Buddha, tidak ada yang melarang,” ujarnya. Menurutnya, warga sekitar sangat peduli tiap pihak klenteng akan melakukan perayaan.“ Warga muslim tak segan menolong, mereka banyak yang menyumbang. Kami senang bertetangga seperti ini, toleransi terus terjaga. Begitupun saat warga muslim ada perayaan, kita turut membantu,” tandasnya. Sementara itu, Kuncen Vihara Dharma Sukha atau Klenteng Hok Keng Tong Oyan Sugiyanto mengatakan, umat Konghucu berbaur dengan para lo cu (panitia) dalam perayaan ulang tahun (sejit) Hok Tek Tjeng Sin. Sering juga disebut Tua Pek Kong atau Dewa Rejeki di Klenteng Hok Keng Tong, pada bulan Maret 2019 nanti. \"Untuk menyambut ulang tahun Dewa Rezeki itu, rata-rata penganut Konghucu meninggalkan pekerjaan rutin. Mengadakan acara hiburan sebelum sejit tiba,\" kata Oyan. Dikatakannya, di Klenteng Hok Keng Tong atau Wihara Dharmas Sukha yang terletak di Desa Weru Kidul Kecamatan Weru Kabupaten Cirebon ini, tiap tahunnya rutin mengadakan sembahyang peringati ulang tahun Dewa Rezeki, selain menyambut tahun baru Imlek dan Cap Go Meh. Tujuan dari sembahyang bersama peringati sejit Dewa Rezeki, sambungnya, agar masyarakat Kabupaten Cirebon bisa hidup sejahtera, usaha lancar dan bebas dari malapetaka. “Kami harapkan agar masyarakat Kabupaten Cirebon bisa hidup lebih baik,” tuturnya. Setelah sembahyang, semua sajian dimasak dan dimakan bersama. “Umat Konghucu meyakini bahwa dengan menyantap hidangan hasil ritual, akan mendapatkan perlindungan dari para roh suci,” tandasnya. (via)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: