Salah Pengobatan, Gejala DBD Bisa Berevolusi

Salah Pengobatan, Gejala DBD Bisa Berevolusi

CIREBON - Jika sebelumnya masyarakat mengenali bintik merah dan pendarahan sebagai gejala awal penyakit demam berdarah, kondisi itu kini sudah jarang ditemui. Evolusi virus DBD membuat gejala tersebut tidak lagi terlihat. Kepala UPT Puskesmas Tegalgubug, dr H Naswidi menjelaskan, kesalahan penanganan atau pengobatan menjadi penyebab virus tersebut berevolusi. Yang paling sering terjadi adalah kesalahan pengobatan yang tidak sesuai dengan dosis, ataupun penanganan pengobatan yang tidak sesuai dengan resep yang dianjurkan dokter. “Saat kita salah mengobati, maka virusnya akan berevolusi. Dia (virus, red) akan mempelajari bagaimana bisa bertahan hidup dari serangan obat tersebut,” terangnya kepada Radar di UPT Puskesmas Tegalgubug, Desa Tegalgubug, Kecamatan Arjawinangun, kemarin. Diakuinya, gejala penyakit DBD tidak seperti dulu. Seperti bintik kemerahan di kulit, pendarahan di gusi, ataupun pendarahan di hidung, sudah tidak lagi ditemui. ”Sekarang kita tidak bisa lagi menggunakan ciri-ciri seperti itu. Karena penyakit DBD sudah tidak khas lagi seperti dulu. Yang masih bisa kita temukan adalah panas yang tidak jelas sebabnya dan bertahan di atas 5 hari,” ujarnya. Menangani hal tersebut, pihak puskesmas melakukan pengecekan trombosit. Jika hasilnya menurun dan tidak sesuai, dikatakan dr Naswidi, pihaknya akan merujuk pasien tersebut ke rumah sakit. Senada disampaikan Seksi Pelayanan Medis RS Arjawinangun, dr Edi Jubaedi. Kepada Radar, dr Edi mengatakan, rumah sakit sudah tidak lagi mendapati gejala pasien DBD seperti ciri sebelumnya yang telah disebutkan. Untuk mendiagnosa DBD, pihak RS melakukan pengecekan Imunoglobulin. “Gejala awal dulu kan bintik-bintik merah yang tidak hilang pada saat dilebarkan. Misalkan demam yang sekian hari gak turun-turun dan gusi berdarah atau mimisan,” ujarnya kepada Radar. Sementara untuk mengedukasi masyarakat tentang penggunaan obat secara tepat, Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon melalui apoteker di puskesmas, gencar menyosialisasikan program Gema Cermat. Gema Cermat merupakan kependekan dari Gerakan Masyarakat Cerdas Menggunakan Obat. Dalam program itu, masyarakat diberi pemahaman tentang komposisi, indikasi, dosis dan cara pakai, sampai dengan efek samping dari obat yang pasien terima. Tahun 2019 ditargetkan sosialisasi Gema Cermat Puskesmas Tegalgubug dilakukan di 11 Desa di Kecamatan Arjawinangun, 25 sekolah dan 80 posyandu. “Agar masyarakat dapat menggunakan obat dengan benar. Benar dari mulai mendapatkan, gunakan, simpan, dan buang obat. Atau disebutnya Dagu Sibu. Di awal tahun ini, baru 1 sekolah kita sosialsasi, yaitu di SMAN 1 Arjawinangun,” ujar dr Saturi S Farm Apt, PJ UKP Kefarmasian Laboratorium Puskesmas Tegalgubug. (ade)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: