Melihat Lebih Dekat Kelenteng Tiao Kak Sie di PaTionghoan Cirebon

Melihat Lebih Dekat Kelenteng Tiao Kak Sie di PaTionghoan Cirebon

Kelenteng Tiao Kak Sie atau Vihara Dewi Welas Asih saat ini berlokasi di Jl. Kantor No. 2, Kampung Kamiran atau PaTionghoan, Kelurahan Panjunan, Kecamatan Lemah Wungkuk, Kota Cirebon. Komplek yang berada di kawasan perkantoran dan pemukiman penduduk ini terletak pada koordinat 06º 02‘ 04” Lintang Selatan dan 108º 03’ 135” Bujur Timur. Di sebelah utara vihara ini terdapat Gudang Pelabuhan Pos 2 dan sebelah timur adalah Gudang Pelabuhan Pos 1. Di sebelah Selatan terdapat taman dan Jl. Pasuketan dan di sebelah Barat terdapat Bank Mandiri. Vihara ini memiliki bangunan utama seluas 1.600 m2 yang menghadap ke Selatan dan berdiri di lahan seluas 1.857 m2. Adapun komplek tempat ibadah ini terbagi menjadi: Halaman Pertama, Halaman Kedua, Bangunan Utama dan Bangunan Sayap. Bagian depan halaman pertama dibatasi dengan pagar dan gerbang berbentuk Pura Hindu, sedangkan pagar sebelah Barat dan Timur dari tembok. Berikutnya di halaman kedua terdapat bangunan Pat Kwa Ceng (tempat peristirahatan), tempat peribadatan agama Buddha yang disebut Cetya Dharma Rakhita, dua tempat pembakaran kertas dan dua patung singa di halaman depan. Di dalam bangunan utama terdiri atas serambi dan ruang utama. Di dalamnya terdapat ruang bagian depan, tengah dan ruang suci utama. Pada dinding sebelah kiri dan kanan pada ruang utama yang berlantai keramik warna merah bata dihiasi gambar. Ia menceritakan bakti seorang anak kepada orang tua, pengadilan, dan penyiksaan terhadap orang-orang berdosa. Masingmasing dinding ruang bagian depan ini juga ditempel prasasti yang menyebutkan nama penyumbang serta tahun pemugaran. Tiang pendukung atap vihara ini terdiri atas empat buah, berbentuk segi empat, berwarna merah dan ditempel papan bertuliskan huruf Tionghoa. Sementara plafonnya terbuat dari kayu dan atapnya dari genteng berbentuk pelana yang dihiasi dengan bunga, burung dan daun-daunan. Pada ruang utama bagian depan terdapat altar Dewi Tie Kong, tempat abu, tempat lilin dan tergantung dua lonceng dan satu bedug. Pada ruangan bagian tengah terdapat altar untuk Dewa Hok Tek Ceng Sing (Dewa Bumi), altar untuk Dewa Seng Hong Yah (Dewa Akhirat/Hukum), tempat abu, dua pembakaran kertas dan dua gentong abu. Berikutnya pada ruang suci utama memiliki enam tiang, yaitu dua tiang bulat warna merah bergambar naga dan empat tiang bulat merah polos. Dewadewa yang dipuja diletakkan di dalam ruangan terbuat dari kayu dan terletak di atas pondasi. Dewa utama adalah Kwam Im Pou Sat dengan pengiringnya, Dewa Thian Siang Seng Bo (Dewa Laut/ Pelayaran) berserta pengiringnya dan Dewa Kwam Te Kun (Dewa Perang). Di depan masing-masing dewa terdapat meja altar dan di atasnya terdapat tempat abu dan lilin. Pada bangunan sayap sebelah timur terdapat altar Dewa Lak Kwam Yah (Dewa Dagang), altar Dewa Couw Su Kong (Dewa Dapur), altar dewa Hian Thian Siang Tie dan pengiringnya, Dewa Sam ong Hu dan Kong Tik Coen Ong, gudang, dua ruang kosong dan aula yang dipergunakan untuk ibadat agama Buddha Mahayana. Di depan gudang terdapat jangkar dengan tinggi 3 meter yang diduga dibawa oleh orang Tiongkok yang datang dengan naik kapal. Sementara pada bangunan sayap belakang terdiri atas tempat air untuk bersuci, gudang, ruang perpustakaan, altar Hian Thian Siang Tie (Dewa Langit), altar Tjin Fu Su (kumpulan dewa-dewa) dan kantor sekretariat. Pada bangunan sayap sebelah Barat merupakan ruangan untuk belajar kitab agama Buddha. Di bangunan sayap ini memiliki pintu di depan (Selatan) yang merupakan pintu samping di sebelah Barat bangunan utama. Khusus untuk bangunan sayap belakang, altar Hian Thian Siang Tie (Dewa Langit) mempunyai atap tersendiri, berbentuk pelana, penutup atap dari genting. Ujung bubungan atap berbentuk lengkung ke atas. Pada gerbang kedua vihara ini terukir nama “Tiao Kak Sie”. Kedua panel yang mendampingi nama ini, merupakan kiasan dari tiga hal yang sangat disukai oleh orang di negara Tiongkok, ialah umur panjang, kekayaan dan anak. Umur panjang itu digambarkan sebagai orang-orang tua yang gagah perkasa, kekayaan digambarkan pada pakaian yang bagus-bagus, dan anakanak digambarkan sebagaimana biasanya anak-anak. Pakaian yang dikenakan oleh orang-orang ini adalah busana Tiongkok kuno, sebagaimana pada pertunjukan sandiwara Tionghoa kuno. Di dalam vihara tersebut, busana semacam ini dapat ditemui juga pada berbagai lukisan yang ada. Pada lukisan-lukisan busana itu ternyata lebih bagus daripada busana yang dipergunakan pada masa negara Tiongkok diperintah oleh raja-raja Tartar. Selain itu, terdapat empat buah panel yang diletakkan tidak terlalu tinggi dan berlukiskan bunga-bunga. Hal ini merupakan simbol-simbol empat musim di Tiongkok. Bunga yang dilukiskan itu yaitu bunga Persik, bunga Teratai (Lian Hwa), bunga Btan (Bwee Hwa) dan bungan Chrysant (Kiok Hwa). Bunga-bunga tersebut melambangkan musim dingin, musim semi, musim panas, dan musim gugur. Karena itu, lukisan bunga-bunga ini sangat disukai oleh orang-orang Tionghoa. Mereka juga seringkali melihat lukisan-likisan pada keramik, border, ukiran kayu, dan lukisan-lukisan lainnya (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: