FPKL Desak PKL segera Masuk Selter

FPKL Desak PKL segera Masuk Selter

CIREBON–Puluhan pedagang kaki lima (PKL) tak kunjung menempati lapaknya di Selter Jl Cipto Mangunkusumo. Padahal sudah ada 46 yang mendaftar. Namun hanya tiga yang sudah efektif berjualan. Kondisi ini membuat Forum PKL tak enak hati kepada pemerintah kota. Mengingat tuntutan yang disuarakan pedagang sebetulnya sudah dipenuhi semua. “Saya menganjurkan PKL yang sudah terdata segera masuk. Yang belum segera mendaftarkan diri,” kata Ketua FPKL, Erlinus Thahar, kepada Radar, Jumat (8/2). Relokasi PKL ke Selter Cipto merupakan yang paling alot. Sudah setahun tertunda. PKL sempat beralasan atap bangunan terlalu rendah dan fasilitasnya tak memenuhi standar. Peresmian pun mundur hampir sebulan. Dari agenda di awal tahun, hingga memasuki pekan kedua Februari. Erlinus meminta PKL mematuhi kesepakatan dengan Dinas Perdagangan Koperasi Usaha Kecil Menengah (Disdagkop-UKM). Ketika itu relokasi ditunda demi memenuhi keinginan pedagang untuk meninggikan atap. Kemudian menambah beberapa fasilitas penunjang. Di tempat terpisah, Kepala Dinas Perdagangan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Disdagkop-UKM) Ir Hj Yati Rohayati mengaku sudah mengupayakan lahan, pembangunan, relokasi hingga perlengkapan  berjualan. “Sebetulnya tinggal masuk. Semua sudah disiapkan,” katanya. Mantan kepala Kantor Lingkungan Hidup itu mengaku, telah berkirim surat dengan pedagang sejak Januari. Isinya imbauan untuk pedagang pindah ke selter. “Tugas sudah kita jalankan. Sekarang tinggal giliran teman-teman PKL,” katanya. Upaya mengajak pedagang masuk ke selter sebetulnya sudah dilakukan dalam sepekan terakhir. Selain Disdagkop-UKM, kelompok pedagang di selter juga ikut andil. Mereka mendatangi satu per satu PKL di Jl Sudarsono, Jl Pemuda dan Jl Cipto Mangunkusumo. Namun upaya ini tak digubris. Salah seorang pedagang di Jl Sudarsono, Juher mempunyai dalih lain. Ia meminta tenda semi permanen ditertibkan lebih dulu. Selagi tenda itu masih berdiri, ia tak mau pindah. “Harusnya yang ditertibin dulu tuh yang pakai tenda, apa-apaan. Kita akan pindah kalau memang semuanya ditertibkan, jalan ini bersih,” tandasnya. Keberadaan tenda biru di Jl Sudarsono memang sudah jadi sorotan dalam beberapa pekan terakhir. PKL yang mendirikan tenda tersebut berdalih tengah menata diri atas seizin camat setempat dan pemerintah kota. Meski pada akhirnya camat maupun Disdagkop-UKM membantah mengeluarkan izin baik tertulis maupun lisan. Juher juga punya kekhawatiran soal pelanggan. Juga soal komitmen pemerintah dalam penertiban. “Kalau kami pindah, nanti di sini ada yang nempatin,” ucapnya. Dia sudah puluhan tahun berjualan di Jl Sudarsono. Sudah dua kali menghadapi penertiban. Yang pertama, memang sempat ramai. Nyaris bentrok. Kejadiannya sekitar tahun 2011. Setelah penertiban oleh Satpol PP, pedagang libur jualan selama beberapa pekan. Lalu kembali buka lapak dan aman-aman saja. Penertiban kedua terjadi tahun lalu. Tapi juga tidak berhasil menggeser mereka dari emperan trotoar. Disdagkop-UKM dan Satpol PP tidak bisa mengelak ketika pedagang menagih pemberdayaan dan juga lahan relokasi. Solusi untuk memasukan pedagang ke lingkungan perkantoran juga gagal. Instansi di sepanjang jalan itu tak mau menampung. Kalaupun ada yang mau, tak punya lahan yang cukup. Untuk relokasi kali ini, Juher tak yakin dengan prospeknya. Selter Jl Cipto menurutnya tak representatif. “Lokasinya kan masuk. Itu siapa yang mau beli,” ucapnya, dengan nada ketus. (awr)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: