Awas! Jalan di Jalur Pantura Kabupaten Cirebon Berlubang

Awas! Jalan di Jalur Pantura Kabupaten Cirebon Berlubang

  CIREBON-Berlubang dan bekas tambalan aspal dengan ketinggian berbeda, menjadi “momok” menakutkan pengendara, saat melintasi jalur pantura Cirebon. Bukan lagi rahasia, kecelakaan kerap terjadi di sepanjang jalur tengkorak itu. Sejak diresmikannya Tol Cikopo-Palimanan (Cipali), jalur pantura lebih lengang ketika peringatan hari-hari besar seperti Idul Fitri. Namun begitu, tetap saja banyak lubang di sana-sini. Apalagi, saat musim hujan seperti sekarang. Pantauan Radar Cirebon, mulai dari wilayah barat Kabupaten Cirebon, tepatnya di perbatasan antara Cirebon dan Kabupaten Indramayu hingga Kota Cirebon, atau lampu merah By Pass Pemuda dengan jarak kurang lebih 35 kilometer, ada sekitar 183 titik jalan berlubang yang mengancam keselamatan pengendara. Dari jumlah di atas, 72 di antaranya berisiko tinggi menimbulkan kecelakaan. Karena kedalaman dan diameter besar. Jumlah itu, belum termasuk retaknya jalan atau bekas tambalan jalan berlubang yang mempunyai ketinggian berbeda dengan aspal sekelilingnya. Risiko tergelincir, tidak kalah menyeramkan. Jalan rawan yang harus ekstra hati-hati berada di jalur pantura Desa Tegalkarang, Kecamatan Palimanan. Tepatnya di depan pom  bensin arah Cirebon menuju Jakarta. Pengemudi, khususnya roda dua, dituntut hati-hati dan memelankan kendaraannya. Terlebih saat hujan turun. Karena, lubang-lubang yang tergenang air, cenderung tidak kasat mata. Selain di Tegalkarang, juga di depan Pasar Palimanan, menuju perempatan lampu merah Palimanan arah Cirebon-Bandung. Tambalan aspal dan lubang membahayakan, patut diwaspadai. Beruntung, di sekitar jalur tersebut, selalu ramai dengan aktivitas pasar dan lalu lalang kendaraan, seperti becak. Sehingga, mayoritas pengendara yang melewati jalur itu, memacu kendaraannya tidak lebih dari 60 kilometer per jam. Begitu juga di depan pom bensin Desa Kebarepan, Kecamatan Plumbon. Tambalan aspal yang tidak rapi dan lubang yang cukup dalam, menghantui siapapun yang melaluinya. Kondisi ini, tentu saja rawan memakan korban. Hal ini diakui Hj Sofi, orang tua yang anaknya sempat mengalamai koma selama dua minggu akibat kecelakaan jalan berlubang di jalur pantura Cirebon. Perempuan berkerudung itu mengaku, mengeluarkan uang hingga lebih dari Rp200 juta untuk kesembuhan puteranya, Herri. Herri mengalami luka di bagian kepala akibat kecelakaan nahas beberapa tahun lalu. Bahkan hingga tahun kemarin, Herri seringkali mengalami kejang-kejang sampai tidak sadarkan diri akibat luka yang belum sepenuhnya sembuh. “Koma sekitar 2 mingguan. Dan waktu itu dirawat di sebuah rumah sakit, habis Rp200 juta lebih. Di rumah sakitnya sekitar 2 bulan,” ujarnya, kemarin. Sofi berharap, pemerintah lebih tanggap dalam menangani jalan berlubang. Mengingat, sehari-hari dirinya yang membuka usaha di dekat jalur pantura, Kecamatan Plumbon, kerap menyaksikan kecelakaan akibat lubang di jalur sekitarnya. Sementara itu, anak laki-laki Sofi yang sebelumnya menjadi korban kecelakaan jalan berlubang di jalur pantura, Herri, tidak kalah ikut mengkhawatirkan kondisi yang ada. Terlebih, pengemudi kendaraan yang berasal dari luar daerah. Menurutnya, mayoritas dari mereka tidak mengetahui kontur jalan di jalur pantura Cirebon. Apalagi, jika yang melintas adalah kendaraan roda dua, yang minim keseimbangan. \"Yang lebih dikhawatirkan kalau ada plat nomer yang dari luar daerah. Karena mereka nggak biasa lewat sini. Jadi, gak tahu keadaan jalan. Terlebih kalau hujan, lubangnya nggak kelihatan karena tergenang air,\" ujarnya. (ade)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: