Solar Semakin Sulit Didapat

Solar Semakin Sulit Didapat

Pembelian Dibatasi, Ratusan Truk Mengular di SPBU ARJAWINANGUN - Kendaraan yang menggunakan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis solar di sepanjang jalur pantura Kabupaten Cirebon kelimpungan. Pasalnya, kendaraan bemesin disel tersebut kesulitan mendapatkan solar di SPBU-SPBU terdekat. Pantauan Radar, Jumat (19/4), di setiap SPBU di jalur pantura Cirebon puluhan mobil besar mengular antre. Tidak hanya itu, beberapa mobil pengguna solar tersebut tampak berhenti di beberapa median jalan akibat kehabisan BBM. Hal tersebut tidak saja dirasakan di jalur pantura, tapi di jalur Kabupaten Cirebon. Banyak pengemudi mengeluh dengan kelangkaan solar tersebut. Saeful (37), pengemudi truk pengangkut cabai mengaku, sulit untuk mendapatkan solar. Bahkan, kesulitan tersebut sudah dirasakan sejak satu minggu yang lalu. “Dari Brebes saja sudah sulitnya minta ampun untuk cari solar, dan baru ketemu di pantura Cirebon tepatnya, di SPBU Tegalkarang ini,” ucapnya. Hal senada diungkapkan pengemudi truk Fuso Nanang (48). Dia mengatakan, kelangkaan BBM jenis solar sangat meresahkan pengemudi di jalur pantura.  “Harusnya sudah sampai ke tempat tujuan, kini masih ada di wilayah Cirebon untuk menunggu pasokan solar datang. Mau gimana lagi, ya kita sih pasrah saja, dan tetap menunggu pasokan solar itu datang,” ujarnya. Petugas SPBU Tegalkarang Eki (28) menuturkan,  jumlah pasokan solar yang biasa didapat dari Pertamina per harinya 24-32 ton, kini hanya dijatah 8 ton. “Jadi wajar kalau pukul 13.30 sudah habis,  ya bagi mereka yang mau beli terpaksa harus mengantre sampai kiriman solar datang lagi,” tuturnya. Dikatakannya, jatah 8 ton solar untuk SPBU di jalur pantura pembeliannya harus dibatasi, karena stok yang diberikan Pertamina sedikit. “Setiap pembelian solar maksimal Rp200 ribu per mobil,” jelasnya. Lain halnya, dengan SPBU di wilayah Winong, Kecamatan Palimanan. Dian (27) Petugas SPBU mengatakan, setiap harinya mendapat kiriman  25 ton solar, untuk 4 hari. Namun kini sudah ludes dan belum ada kiriman lagi.   DI TIMUR JUGA LANGKA Kelangkaan solar juga terjadi di kawasan pantura Kabupaten Cirebon wilayah timur, Jumat (19/4). Akibatnya terjadi antrean truk di SPBU. Selain para sopir kendaraan besar yang terkena dampak langsung, juga para nelayan yang kebingungan. Pantauan Radar pada Jumat pagi sekitar pukul 10.00 WIB, sepanjang jalur pantura Kabupaten Cirebon wilayah timur, mulai Astanajapura hingga Losari hampir semua SPBU mengalami kelangkaan solar. Hanya ada satu SPBU yang masih memiliki persediaan, yaitu di SPBU Astanajapura. Karena hanya ada satu SPBU yang masih memiliki persediaan solar, sehingga SPBU tersebut diserbu puluhan kendaraan besar. Akibatnya antrean cukup panjang hingga keluar area SPBU. Sementara itu SPBU yang lainnya tampak juga dipenuhi truk serta kendaraan besar lainnya. Mereka rela menunggu hingga persediaan solar dikirim dari Pertamina. Terlihat juga nelayan mengantre solar. Kondisi ini sudah terjadi sejak dua hari lalu. Salah satu petugas SPBU di Gebang, Herman mengatakan, kelangkaan solar karena adanya pengurangan pasokan dari Pertamina. Pasokan solar yang normal yaitu maksimal tiga puluh dua KL, namun kini hanya 16 KL. “Ini tentunya sangat memengaruhi,” kata Herman. Herman mengungkapkan, kelangkaan solar sudah terjadi sejak dua hari lalu. Sekarang ini Pertamina mengirim solar ke SPBU paling cepat sekitar pukul 17.00 WIB, setiap hari satu kali. “Biasanya satu hari bisa sampai dua kali pengiriman,” ujarnya. Menurut Herman, begitu soalr dikirim kendaraan besar seperti truk dan bus langsung mengisi. Sehingga pada pagi harinya sekitar pukul 06.00 solar sudah habis. Herman mengungkapkan, selain truk serta bus, nelayan sering mengantre untuk membeli solar. Pihaknya sengaja memberi tahu nelayan melalui pesan singkat SMS apabila pasokan solar sudah datang. “Apabila di SPDN Gebang solar sudah habis pasti akan mengisi solar ke SPBU. Makanya sering kita SMS kalau solar sudah datang supaya nggak terlalu mengantre,” terang Herman. Petugas SPBU di Pangenan, Jaenudin mengatakan hal yang sama. Solar dikirim sekitar pukul 17.00 WIB dan habis pada pagi hari sekitar pukul 05.00 WIB. “Bukan di sini saja Mas, tapi di sepanjang jalan pantura juga sama,” kata Jaenudin. Salah seorang sopir truk yang mengaku sudah menunggu lima jam, Akbar, merasa terganggu  dengan adanya kelangkaan solar. “Ya kita harus nunggu lama sampai ada solar, mau bagaimana lagi,” katanya. Seorang nelayan, Tukijan (32), asal Desa Gebangmekar juga merasakan sejak Minggu lalu saat akan melaut dirinya mengalami kesulitan solar. “Jatah solar untuk melaut dari tengkulak sedang susah,” katanya. Tukijan mengaku, meskipun harga solar yang sebenarnya dari SPBU atau SPDN  Rp4.500 per liter, tetapi dirinya harus membeli solar melalui tengkulak seharga Rp5.000. Pasalnya, ketika akan membeli langsung ke SPBU atau SPDN mereka tidak memiliki surat, karena kapal atau perahu milik tengkulak.   **PEMKAB HUBUNGI HISWANAMIGAS Bupati Cirebon Drs H Dedi Supardi MM memerintahkan Sekretaris Daerah Drs H Dudung Mulyana MSi untuk berkomunikasi dengan Hiswanamigas wilayah III Cirebon agar stok dan suplai BBM ke wilayah Kabupaten Cirebon terpenuhi, serta tidak tersendat demi menjaga kondusivitas daerah. “Kemarin Pak Sekda sudah berkoordinasi dengan Hiswanamigas agar suplai BBM lancar,” kata bupati, kemarin (19/4) di sela-sela rapat kerja dengan para kepala dinas, staf ahli dan asisten. Menurut Bupati Dedi, pemerintah daerah tidak bisa berbuat lebih jauh, karena pembatasan ini merupakan kebijakan pemerintah pusat yang berdampak pada daerah. Namun, Pemkab Cirebon wajib melayani kepentingan masyarakat dengan cara mengeluarkan kebijakan yang strategis. “Ya kita beri kemudahan para konsumen seperti nelayan untuk membeli BBM dengan diberikan surat rekomendasi dari dinas terkait dalam hal ini DKP untuk nelayan, dan disperindag untuk para pedagang eceran,” imbuhnya. Terpisah, Direktur Dit Polair Polda Jabar Irjen Pol Agus Sutikno sudah memerintahkan anak buahnya untuk melakukan operasi laut dan berkoordinasi dengan kelompok-kelompok nelayan, guna menghindari penimbunan BBM dan jual beli BBM secara ilegal di wilayah perairan Jawa Barat. Sebab, di tengah situasi seperti ini, ada saja oknum-oknum yang memanfaatkan demi kepentingan dan keuntungan pribadinya. “Kami bekerja sama dengan masyarakat nelayan guna menyerap informasi, kemudian di tempat-tempat yang rawan tindakan itu kami tempatkan personel sebanyak 10 anggota,” ucapnya. Ia pun akan menindak tegas kepada siapa pun yang melakukan tindakan penimbunan BBM, sebab akan merugikan masyarakat dan menimbulkan keresahan di masyarakat. “Kami akan tindak jika ada bukti,” bebernya. Agus menegaskan, sesuai dengan instruksi Presiden RI dalam kunjungan ke Cilamaya, Karawang, agar Dit Polair Polda Jabar mengamankan setiap tempat pendaratan ikan (TPI) disediakan oleh Pertamina Solar Packed Dealer Nelayan (SPDN). (sam/ded/jun)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: