Kekurangan Air, Petani Pepaya di Desa Tonjong Andalkan Hujan

Sejumlah petani pepaya di Desa Tonjong, Kecamatan Pasaleman mengeluhkan minimnya sarana dan prasarana pendukung pertanian yang ada di wilayah tersebut. Sehingga hasil pertanian tidak maksimal. KELUHAN itu disampaikan Keyo, salah satu perwakilan petani yang ditemui Radar, kemarin. Menurutnya, lahan pertanian di Desa Tonjong sangat luas. Namun, belum bisa tergarap maksimal karena kurangnya sarana dan prasarana pendukung pertanian seperti pengairan. “Praktis kita hanya mengandalkan air hujan. Kalau tak ada hujan kita kerepotan, karena sumber air di Sungai Cijangkelok yang merupakan sungai terdekat sangat jauh. Ditambah lokasi kita yang lebih tinggi membuat aliran dari Cijangkelok tidak bisa dialirkan secara alami. Melainkan harus dengan pompa,” ujarnya. Hal inilah yang menurutnya, membuat para petani di Desa Tonjong begitu kesulitan untuk membuat hasil pertanian menjadi maksimal, karena kesulitan sumber pengairan. “Kan kita tidak mungkin setiap hari untuk mengambil air dari Cijangkelok. Jaraknya terlalu jauh. Selain itu, lahan pertanian di sini sangat luas. Kalau dipompa butuh berapa biayanya? Tentu sangat banyak dan tidak akan ketemu modalnya,” imbuhnya. Menurutnya, para petani meminta agar pemerintah membangun infrastruktur pendukung pertanian di lokasi tersebut, baik melalui sumur pantek ataupun teknologi pertanian lainnya. Sehingga bisa membantu petani setempat. “Ini sangat perlu (infrastruktur, red). Kita salah satu produsen pepaya California terbesar dengan luas lahan lebih dari 200 hektar seluruhnya. Ini penting karena jika sarana pendukung memadai, wilayah kita pastikan maju dan sejahtera,” ungkapnya. Di akhir pembicaraan, Keyo pun berharap support pemerintah tidak hanya kepada sarana saja, melainkan nanti bisa meliputi pemasaran dan distribusi hasil pertanian. “Kita juga minta dibantu pemasarannya, biar maksimal,” pungkasnya. (*)

Sumber: